5 Kiat Cerdas Para Ulama Dalam Menguasai Ilmu

Oleh: Abdullah Efendy, S.Pd., CLMQ
Idemuslim.com, JEJAK ULAMA — Salah satu karakter ulama terdahulu, ialah selalu haus akan ilmu. Bagi mereka, ilmu bukan apa yang tertuang dalam buku, namun mesti tercipta dalam amal sholeh. Sehingga boleh jadi kita cukup pada segala sesuatu, kecuali pada perkara ilmu. Mereka rela bersusah payah demi ilmu, bahkan hingga akhir hayat mereka. Karena bagi mereka sikap mencukupkan diri akan ilmu, dekat dengan kebodohan. Ibnul Jauzi rahimahullah bahkan berkata, “Buku-bukuku ini lebih aku cintai daripada sebongkah emas!”.
Sebuah riwayat yang mahsyur dari Al-Hafidzh Al-Mundziri rahimahullah, beliau menuturkan, “Suatu hari saya mengunjungi Ibnu Shadaqah. Ketika itu beliau sedang asyik belajar di sebuah terowongan bawah tanah karena panas yang menyengat. Saya pun bertanya kepadanya, “Apa anda bisa belajar di tempat dan kondisi seperti ini?” Ibnu Shadaqah rahimahullah menjawab, “Kalau tidak sibuk mendalami ilmu, maka apa yang harus saya lakukan?”
Demikianlah besarnya potret perhatian para ulama kita akan pentingnya sebuah ilmu. Nah, penasaran tidak bagaimana kiat cerdas para ulama kita dalam menguasai ilmu? Berikut penjelasannya
- PINTAR MENGATUR WAKTU BELAJAR
Kiat cerdas yang pertama, ialah bagaimana para ulama terdahulu sangat cerdas dalam mengelola waktu. Mereka benar-benar memberikan pengorbanan hidup atas waktu yang Allah Ta’ala berikan. Karena landasan amal adalah ilmu, maka bagaimana mungkin ketakwaan bisa diperoleh tanpa belajar?
Al-Hafidz As-Sakhawi rahimahullah, berkata dalam bukunya Ad-Dhau’ Al-Lami’, tentang biografi Ahmad bin Sulaiman Nasrullah Al-Bulqasi kemudian Al-Qahiri As-Syafi’i rahimahullah, bahwa, “Dia adalah seorang imam dan ulama yang kuat hafalannya dan bagus pemahamannya. Dia menguasai berbagai disiplin ilmu. Fasih bahasanya. Mencintai ilmu dan kajian serta tidak pantang menyerah dalam belajar. Sampai-sampai dia membaca sambil berjalan. Ketika sedang makan, dia minta orang lain membacakan untuknya karena takut waktunya sia-sia untuk urusan selain belajar. Sungguh menakjubkan keadaan dirinya dalam masalah mengotimalkan waktu,”
- MENULISKAN BACAAN YANG DIPELAJARI
Seorang ulama sekaligus imam besar pakar dalam ilmu fikih, ilmu Al Qur’an, ilmu hadist dan bahasa arab, serta bidang ilmu lainnya bernama Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Umari Ash-Shaghani rahimahullah, mengajarkan sebuah keteladanan bagi kita. Menurut Al-Hafidz As-Sakhawi rahimahullah, dalam bukunya Ad-Dhau’ Al-Lami’, beliau memiliki kemauan kuat untuk mengkaji dan meneliti ilmu. Sampai-sampai Abul Khair bin Abdul Qawi pernah berkata, “Saya mengenal Muhammad Al-Umari Ash-Shaghani lebih dari 50 tahun. Setiap kali saya mengunjunginya, dia pasti sedang membaca atau menulis!
- TETAP BELAJAR MESKI BERADA DI KAMAR KECIL
Kiat cerdas yang ketiga, bisa kita peroleh dari Ibnu Qayyaim al-Jauziyyah rahimahullah dalam bukunya Raudhah Al-Muhibbin, yang menuturkan bahwa Abdurahman ibnu Taimiyyah (saudara gurunya : Ahmad ibnu Taimiyyah) rahimahullah, meriwayatkan dari bapaknya, Abdul Halim, dia berkata, “Dahulu kakekmu, Abul Barakat, apabila mau masuk ke WC untuk buang hajat, maka beliau menyuruhku (Abdul Halim) untuk membacakan sebuah buku dengan bacaan yang keras agar beliau bisa mendengarnya. MasyaAllah!! Saya katakan, “Dia adalah sandaran ilmu, bagaikan matahari. Semoga Allah merahmati semuanya.
- MEMBAWA BUKU MESKI TENGAH BERSAFAR
Seorang ahli bahasa, Imam Muhammad bin Ya’qub Fairuz Abadi senantiasa menyeleksi buku-bukunya yang berharga. Sebagian orang berkata, bahwa beliau rela membeli berbagai buku seharga 50.000 mitsqal emas [(50.000 x 4,25 gr x Rp 100.000) = sekitar 21 milyar]. Ketika bepergian, beliau tetap membawanya! Setiap kali singgah pada sebuah tempat, maka beliau mengeluarkan buku-buku itu untuk dibaca.
Begitupun yang dialami oleh Sayyid Shalah bin Ahmad Al-Yamani, bahwa Imam Asy-Syaukani dalam kitab Al-Badr Ath-Thali, beliau berkata, “Satu hal yang membuatku kagum padanya, ialah meski usianya hanya 29 tahun, namun dia unggul dalam setiap disiplin ilmu. Memiliki karya-karya besar yang penuh faedah, serta keilmuan yang tidak sedikit meskipun usia beliau pendek.” Apabila beliau bersafar lalu singgah disuatu tempat, kemah bukulah yang pertama kali beliau dirikan. Setelah itu beliau pun masuk ke dalamnya dan menata buku-bukunya, sedangkan para pelayannya sibuk memperbaiki dan mendirikan tenda-tenda yang lain. Ketika malam tiba beliau habiskan seluruh malamnya untuk mendalami ilmu, menuliskannya serta mengikrarkannya dengan nalurinya yang suci.
- MENGUSIR KANTUK DENGAN MEMBACA BUKU
Selanjutnya ialah kiat cerdas yang kelima, kalau pemuda hari ini biasanya menjadikan membaca buku sebagai pengantar tidur. Para ulama terdahulu justru sebaliknya, mereka mengusir kantuk dengan membaca. Disadur dari kitab Ad-Dhau’ Al-Lami’, As-Sakhawi rahimahullah menyebutkan biografi dari Ahmad bin Ali ibnu Ibrahim Al-Haiti Asy-Syafii rahimahullah, seorang yang cakap dalam ilmu fikih dan banyak hafalannya, khususya kitab Syarh Muslim karya Imam An-Nawawi. Bahwa beliau tidak pernah bosan belajar dan bekerja, dia juga berkepribadian baik, memegang teguh agama, bertawadhu’, memiliki ketulusan dalam usaha, berpandangan maju dan kuat begadang di malam hari.
Ibnu Jahm rahimahullah berkata, “Apabila rasa kantuk mulai menyerang kedua mataku bukan pada waktunya, maka aku segera membaca buku mutiara hikmah. Kemudian spirit membacaku pun kembali tergugah. Aku menemukan kembali kelapangan hati saat harus memenuhi kebutuhan. Sedang kesenangan dan kemuliaan yang memenuhi hatiku lebih cepat membuatku bangun daripada ringkikan keledai atau gemuruh reruntuhan. (dinukilkan dari kitab Al-Hayawan, Karya Al-Jahizh Rahimahullah)
Inilah puncak kecintaan para ulama kita terhadap ilmu. bagaimana dengan generasi hari ini? Sungguh, ilmu adalah jalan terbaik memahami Islam. lantas sudahkah kita bersungguh-sungguh mempelajarinya? Sebagaimana diriwayatkan dalam shahihain, dari sahabat Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“ Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman) agama baginya. “ (Muttafaqun ‘alaihi)
Semoga kita menjadi generasi penerus ulama yang bisa memetik kebaikan dari kisah ulama-ulama yang telah kami sebutkan diatas! Barakallahu fikum!!
One Comment