
oleh : Ustadz Ahmad bin Mukhtar
Idemuslim.com, KAJIAN HADIST — Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ : أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ : ” يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ، خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ : لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ، وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا، وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ، وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا، وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ “.
Ibnu Umar berkata, “Rasulullah ﷺ menghadapkan diri ke kami dan bersabda, “Wahai Muhajirin, 5 perkara bila kalian diuji dengannya, dan aku berlindung kepada Allah تعالى semoga kalian tidak mengalaminya: (1)Tidaklah kekejian menyebar, dan mereka melakukannya terang-terangan kecuali akan tersebar penyakit Tha’un dan kelaparan yang belum pernah terjadi pada pendahulu mereka. (2)Tidaklah mereka mengurangi takaran, kecuali akan ditimpa kemarau panjang dan penguasa yang zalim. (3)Tidaklah mereka enggan bayar zakat harta, kecuali langit akan berhenti meneteskan hujan, kalau bukan karena hewan ternak niscaya mereka tidak akan diberi hujan. (4)Tidaklah mereka melanggar janji Allah تعالى dan rasul-Nya, kecuali akan dikuasakan atas mereka musuh dari luar. (5)Dan tidaklah pemimpin mereka enggan menjalankan hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah تعالى akan menjadikan rasa takut di antara mereka.”
🔹Takhrij Hadits🔹
Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan Ibn Majah (5/490) dalam Kitab al-Fitan – Bab al- ‘Uqubat – (4019); dari Mahmud bin Khalid ad-Dimasyqiy, dari Abu Ayub Sulaiman bin Abdirrahman, dari Ibnu Abi Malik, dari ayahnya, dari Atha bin Abi Rabah, dari Ibnu Umar
🔸Kedudukan Hadits🔸
1⃣ Mahmud dari thabaqat ke-10, dinilai ثقة oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 522), dan ثبت oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/245).
2⃣ Sulaiman dari thabaqat ke-10, dinilai صدوق يخطئ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 253), dan ثقة oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 1/462). al-Hakim bertanya, “bukankah di sisi Sulaiman ada riwayat munkar ?”, ad-Daruquthniy menjawab
ﻳﺤﺪﺙ ﺑﻬﺎ ﻋﻦ ﻗﻮﻡ ﺿﻌﻔﺎء ﻓﺄﻣﺎ ﻫﻮ ﻓﻬﻮ ﺛﻘﺔ
“ia meriwayatkannya dari beberapa rawi yang dha’if, adapun ia perawi yang tsiqoh” (Sualat al-Hakim lid Daruquthniy, 217).
3⃣ Khalid bin Yazid bin Abdirrahman bin Abi Malik dari thabaqat ke-8, dinilai ﺿﻌﻴﻒ ﻣﻊ ﻛﻮﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻓﻘﻴﻬﺎ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 191), ليس بثقة oleh an-Nasa’iy (adh-Dhu’afa, 1/36), ثقة oleh al-‘Ijliy (ats-Tsiqot, 399), لا بأس به oleh Abu Zur’ah (al-Jarh wa at-Ta’dil, 3/359), dan Ibn Hibban menilai
ﻛﺎﻥ ﺻﺪﻭﻗﺎ ﻓﻲ اﻟﺮﻭاﻳﺔ ﻭﻟﻜﻨﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﺨﻄﻰء ﻛﺜﻴﺮا
“shaduq dalam riwayat, akan tetapi banyak salah” (al-Majruhin, 1/284).
4⃣ Yazid dari thabaqat ke-4, dinilai ﺻﺪﻭﻕ ﺭﺑﻤﺎ ﻭﻫﻢ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 603), من الثقات oleh ad-Daruquthniy (ad-Dhu’afa, 2/151).
5⃣ Atha dari thabaqat ke-3, dinilai ﺛﻘﺔ ﻓﻘﻴﻪ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 391), dan أحد الاعلام oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/21).
6⃣ Abdullah bin Umar dari thabaqat ke-1 termasuk salah satu sahabat Nabi ﷺ yang banyak riwayatnya (Taqrib at-Tahdzib, 315)
Isnad hadits ini sholih (صالح). Khalid bin Yazid rawi yang صدوق كثير الخطأ, sebagaimana ijtihad Ibn Hibban dan Ibn Adiy, adapun tuduhan bahwa ia berdusta termasuk penilaian yang berlebihan (متعنت), sedangkan penilaian ثقة oleh Ahmad bin Sholih (Tarikh Dimasyq libn Asakir, 16/297) disandarkan pada riwayat Ahmad bin Muhammad bin al-Hajjaj bin Risydin yang dinilai lemah oleh Ibn Adiy (al-Kamil, 1/327) sehingga tidak terpenuhi kaedah pengambilan ta’dil terhadap Ibn Abi Malik darinya.
Dinilai hasan dalam Sunan Ibn Majah dengan tahqiq Ibn Abi Alfah (620, no. 4019). Al-Hakim menilai salah satu riwayat Ibn Abi Malik dari ayahnya: isnadnya shohih dan disepakati oleh adz-Dzahabiy (al-Mustadrak, 4/322 no. 8006).
🔹Kandungan Hadits🔸
1⃣ Ungkapan أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ menunjukkan bahwa diantara adab Nabi ﷺ dalam berbicara ialah menghadapkan diri kepada yang diajak bicara, bukan sekedar memalingkan wajah mulia Beliau ﷺ saja.
2⃣ Ungkapan يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ menggunakan uslub nida’ yang dengan faedah peringatan (التنبيه) atas suatu perkara penting. Perkara penting dalam bidang apa? yakni politik.
Indikasi (قرينة) yang menunjukkan hal itu ialah Nabi ﷺ memanggil sahabat dengan الْمُهَاجِرِين . Untuk mengingatkan mereka tentang aktivitas politik yakni HIJRAH, dimana berpindahnya mereka dalam rangka membersamai Nabi ﷺ menegakkan kepemimpinan yang menjalankan sistem dan hukum Islam, dan menyebarkan Islam ke seluruh penjuru alam.
ﻭﻗﺎﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﻫﺬا اﻟﻨﺤﻮ ﻓﻲ اﻟﺠﺰﻳﺮﺓ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺩﻭﻟﺔ ﺇﺳﻼﻣﻴﺔ ﺑﺰﻍ ﻓﺠﺮﻫﺎ ﺑﻌﺪ ﻫﺠﺮﺓ اﻟﻨﺒﻲ ﷺ ﻣﻦ ﻣﻜﺔ ﺇﻟﻰ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﺳﻨﺔ (622ﻣ)، ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻬﺎ اﻟﺮﺳﻮﻝ ﷺ ﻳﺒﺎﺷﺮ ﺃﻋﻤﺎﻝ اﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﻲ ﺿﻮء ﺭﺳﺎﻟﺔ اﻹﺳﻼﻡ
“Tegak di Jazirah Arab sebuah Daulah Islamiyyah yang memancar fajarnya setelah hijrah Nabi ﷺ dari Makkah ke Madinah tahun 622 M, Rasulullah ﷺ menjalankan aktivitas penguasa dalam naungan risalah Islam ” (al-Fiqh al-Islamiy wa Adilatuhu)
apa-apa yang akan Nabi ﷺ sebutkan setelah memanggil mereka dengan يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ adalah berbagai perkara yang tidak bisa dilepaskan dari kondisi politik umat Islam.
3⃣ Ungkapan
خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ
menunjukkan ada 5 “musibah” yang menimpa umat, dan itu timbul dengan sebab 5 keburukan yang tidak bisa dilepaskan dari kondisi politik.
5 “musibah” itu ialah :
- Tersebar penyakit dan kelaparan
- Ditimpa kemarau panjang dan penguasa yang zalim
- Langit enggan menurunkan hujan, bahkan hampir tidak turun hujan
- Musuh menguasai umat
- Tersebarnya rasa takut
5 keburukan yang kesemuanya termasuk dosa ialah
- Tersebarnya perbuatan keji dan dilakukan terang-terangan,
- Mengurangi timbangan dan takaran,
- Enggan bayar zakat harta,
- Melanggar janji Allah تعالى dan rasul-Nya,
- Enggan menjalankan hukum Allah تعالى dan tidak menganggapnya lebih baik apa dari hukum-hukum buatan manusia.
dikatakan dosa, karena dalil qath’iy telah menunjukkan keharaman 5 hal tersebut. Setiap keburukan pasti berbalas keburukan pula
الجزاء من جنس العمل
“balasan yang diperoleh sesuai dengan jenis amal yang dilakukan”
4⃣ Kelima perkara yang buruk itu berpeluang luas terjadi, tersebar dan bertahan di negara kapitalisme, ataupun sosialisme. Dan fakta tentang hal ini ditemukan di tengah-tengah masyarakat saat ini. Sebab, standar dalam menetapkan sistem, perundang-undangan, dan hukum bukan berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Inilah kondisi politik umat Islam saat ini, dan mengangkat keburukan ini wajib meneladani Nabi ﷺ dalam mengubah kondisi politik yang membiarkan terjadinya keburukan di Yatsrib menjadi Madinatun Nabi al-Munawwarah yang menegakkan Islam.
5⃣ Kaum muhajirin yang paling awal membersamai jalan dakwah Nabi ﷺ, dan memahami aktivitas politik Nabi ﷺ dalam upaya menegakkan Islam di Madinah.
Mengganti kegelapan dengan cahaya Islam, yang tidak akan membiarkan tersebarnya perbuatan keji, tidak mentolerir perbuatan mengurangi takaran, mengedukasi umat Islam tentang kewajiban zakat dan memberi sanksi bagi yang menolak bayar zakat, menindak tegas siapapun yang melanggar janji Allah تعالى dan rasul-Nya, termasuk tindakan tegas kepada siapapun yang enggan menjalankan hukum Allah تعالى dan menganggap ada yang lebih baik dari hukum Allah.
ini penting, mengingat ungkapan أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ menunjukkan Nabi ﷺ tidak ingin 5 keburukan yang menyebabkan 5 musibah itu terjadi,, bila terjadi maka rubahlah !
Dimanakah para penerus dakwah kaum muhajirin saat ini ? … WabiLlaahi at-taufiq wa al-hidayah []