Easy ArabicMillennial TalkPendidikan Islam

Belajar Bahasa Arab, Ciri Radikal ?

Penulis : Zahara Amalia

Idemuslim.com, EASY ARABIC Belajar Bahasa Arab, benarkah Radikal? Sungguh miris sekali hati seorang muslim ketika mendengar pernyataan dari pengamat intelijen dan militer Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati yang mengaitkan penyebaran bahasa arab sebagai salah satu indikator ancaman radikalisme di Indonesia beberapa waktu lalu. Sontak ini menjadi pemicu pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Meskipun ia telah mengklarifikasi pernyataannya dengan menyebut ini adalah kesalahpahaman

Menurutnya, penyebaran terorisme dengan memperbanyak bahasa Arab sangat mengkhawatirkan generasi penerus bangsa. Anak muda yang sudah tergerus bahasa Arab melupakan bahasa Indonesia, bahkan tidak mau hormat kepada bendera Indonesia. Paparan Susan tersebut disampaikan pada diskusi virtual bertajuk “Taliban Bermuka Dua ke Indonesia?”.

Makna Radikal

Dari sisi bahasa, istilah radikal sebenarnya istilah yang netral, bisa dimaknai positif atau negatif. Namun, kini istilah radikalisme dimaknai lebih sempit sehingga memunculkan statement seperti “radikalisme agama”, “Islam radikal”, dll. Semuanya itu cenderung berkonotasi negatif pada Islam.Radical atau radix juga yang berarti “sama sekali” atau sampai ke akar-akarnya.

Sebagaimana sebuah ilmu jika tidak  dipahami dengan baik sampai ke akarnya, maka tidak akan mendapatkan pemahaman yang mendalam. Begitu juga dengan Islam, jika tidak memahami dengan baik Al Qur’an dan Sunnah yang keduanya berbahasa Arab, maka kita akan sulit memahami Agama kita sendiri yakni Islam.

Menuduh Bahasa Arab, Wujud Islamophobia

Islamophobia  berasal dari dua susunan kata “Islam dan Phobia”. Jika dipahami adalah ketakutan yang berlebihan terhadap Islam dan kaum muslimin.

Dalam arti yang lebih luas, Islamofobia juga menjadi sinonim dari ‘anti-Islam’, yaitu segala sikap atau tindakan yang menunjukkan ketidaksukaan terhadap agama Islam,” ungkap peneliti dari Universitas Hamburg, Jerman, Miriam Urbrock dan Marco Claas, dalam karya tulis “Islamophobia: Conceptual Historical Analysis.

Islamophobia ini sebenarnya telah ada sejak lama, sehingga bukanlah sesuatu hal yang baru. Lihatlah bagaimana dakwahnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam saat di kota makkah, banyak dari orang Quraisy yang membenci, menghalangi dakwah, dan mereka berupaya membuat strategi untuk menghalangi dakwah Islam yang dibawa Rasul. Akan tetapi upaya yang mereka lakukan tidak berpengaruh sedikitpun bagi dakwah Rasul. Malah menjadikan Islam eksis dan menjadi perbincangan di seluruh jazirah arab pada waktu itu.

Baca Juga : Belajar Mencintai Bahasa Arab

Begitu juga dengan Islam hari ini, menjadikan banyak dari para pembenci islam semakin menampakkan kesungguhannya untuk menghalangi islam dan kebangkitannya dalam kehidupan.  Maraknya hijrah di tengah kaum muslimin, juga memicu kaum muslimin ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan hijrah secara kaffah dan mempelajari bahasa agamanya. Sebagaimana belajar Bahasa Arab adalah wajib.

Karena pentingnya bahasa Arab ini, maka tak heran jika para ulama pun mewajibkan belajar bahasa Arab. Imam Syafi’i pernah berkata,

يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَتَعَلَّمَ مِنْ لِسَانِ العَرَبِ مَا يَبْلُغُ جُهْدَهُ فِي أَدَاءِ فَرْضِهِ

“Wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari bahasa Arab dengan sekuat tenaga agar bisa menjalankan yang wajib”.

Bahasa Arab Adalah Bahasa Islam

Tuduhan yang tak berdasar ini wujud dari upaya untuk menyudutkan Islam itu sendiri. Segala sesuatu yang berkaitan dengan Islam selalu dituduh radikal dari segala aspek. Mulai dari syariatnya, pemeluknya, pejuangnya dan kini bahasanya. 

Islam dan bahasa arab layaknya seorang ibu dan anak, tidak dapat dipisahkan ataupun dihilangkan sampai kapan pun. Karenanya bahasa arab adalah bahasa Al-Qur’an dan Hadist. Dan berpegang teguh dengan keduanya adalah sesuatu yang diharuskan. Sebagaimana bunyi dari hadist ini “Aku tinggalkan sesuatu bersama kalian, jika kamu berpegang teguh padanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku.” (HR Imam Malik)

Maka dari itu tidak akan mungkin kita dapat memahami Al-Qur’an dan Hadist tersebut dengan baik, sebelum kita memahami makna yang ada di dalamnya terlebih dahulu. Bukan hanya itu, akan sulit juga bagi seseorang memahami ribuan kitab ulama’ jika tidak memahaminya terlebih dahulu. Untuk itu, ada sesuatu yang harus diupayakan disini untuk kita dapat memahami nya, tak lain dengan mempelajari bahasa Arab. Agar dapat memahami dan mengamalkannya dengan baik di dalam kehidupan. 

Imam Asy-Syathibi pernah berkata, “Al-Qur’an itu diturunkan dengan bahasa Arab secara keseluruhan. Untuk memahaminya dituntut harus dengan mempelajari bahasa Arab secara khusus.

Dan  Allah ta’ala  berfirman, 

إِنَّا أَنزلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

 “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS Yusuf: 2).

 بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ

 “Dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS Asy-Syu’ara: 195).

 لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ 

“Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedang Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang.” (QS An-Nahl: 103).

Demikian menjauhkan bahasa arab dari benak kaum muslimin sama saja semakin menjauhkan umat dari ajaran islam. Tugas kita adalah menyampaikan bahwa bahasa arab bukanlah bahasa radikal teroris. Akan tetapi bahasa Islam. Dan wajib bagi seorang muslim untuk mempelajarinya. Wallahu ‘alam []

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button