Belajar Dari Kesuksesan Kaum Muslimin di Perang Badar

Oleh : Abdullah Efendy, S.Pd., CLMQ
Idemuslim.com, MUSLIM YOUTH — Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan terbaik kaum muslimin. Berbagai tindakan, ucapan dan sikap beliau telah menjadi bagian dari as-sunnah, dalam Islam yang wajib diteladani. Fragmen pribadi yang selalu menginspirasi ini tak pernah lekang oleh waktu. Senantiasa menghiasi lukisan Islam yang abadi, baik dalam sirah, tarikh, ghazwah, hingga thabaqat yang hampir-hampir tak sanggup terhitung jumlahnya.
Termasuk bagaimana kita bisa belajar dari Perang Badar. Perang yang pertama kali diikuti langsung oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Didalamnya diajarkan keteladanan dalam memaksimalkan ikhtiar, untuk meraih kesuksesan dalam berbagai hal. Penulis merangkumnya dalam 2 kategori besar, yakni ranah USAHA & DOA, diliputi oleh tawakkalnya beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sebelum, sesaat, dan sesudah perang. Mari kita simak ulasannya!
RANAH USAHA
Memaksimalkan persiapan perang, maka beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam mengadakan perhitungan kekuatan pasukan. Dikala itu diperkirakan pasukan islam, antara 313 hingga 317 orang. Terdiri dari 82 hingga 86 dari Muhajirin, dan 61 dari Aus dan 170 dari Khazraj. Kemudian memberi komando yang memegang panji al-liwa (bendera putih) ialah Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu. Dan kaum muslimin dibagi menjadi 2 batalyon, yakni :
- Batalyon Muhajirin, yang benderanya (ar-roya) dipegang oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
- Batalyon Anshar, yang benderanya (ar-roya) dipegang oleh Sa’ad bin Muadz radhiyallahu ‘anhu
Komando kanan diserahkan pada Az-Zubair bin Al-Awwam radhiyallahu ‘anhu, dan front kiri diserahkan pada Al-Miqdad bin Amar radhiyallahu ‘anhu. Serta pertahanan garis belakang diserahkan kepada Qais bin Sha’sha’ah radhiyallahu ‘anhu.
Beliau juga melakukan kegiatan mata-mata, yang langsung dilakukan oleh beliau dan sahabat terbaiknya Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Menuju suatu tempat dari Dzafiran ke Bukit Al-Ashafir, kemudian segera menuju Ad-Dabbah sebuah bukit pasir kokoh menyerupai gunung, hingga tiba di dekat Badr. Di momen tersebut Rasulullah dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu bertemu dengan seorang Arab yang sudah tua dan menanyakan kepadanya tentang kondisi pasukan musuh. Hingga di sore harinya, beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan beberapa mata-mata lagi, yakni Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu, Az-Zubair bin Al-Awwam radhiyallahu ‘anhu dan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga mengetahui gambaran pasukan musuh. seluruh pembesar-pembesar Quraisy ikut serta, kecuali Abu Lahab. Dengan estimasi pasukan 1.300 orang, dengan 100 kuda, 600 baju besi, dan onta yang cukup banyak. Rasulullah pun membawa pasukannya ke mata air Badr, dan menguasai wilayah sekitaran mata air tersebut mendahului orang-orang Quraisy. Salah satu hal yang terpenting menjaga fisik agar tetap bugar dan sehat, ialah konsumsi air. Rasulullah sangat paham hal tersebut. Ditambah lagi dengan pendapat dari Al-Hubab bin Al-Mundzir radhiyallahu ‘anhu yang semakin mengokohkan posisi kaum muslimin. Sementara kolam-kolam yang berdekatan dengan posisi musuh, ditimbun oleh kaum muslimin. Sehingga kaum muslimin bisa minum dengan puas, sementara Quraisy tidak.
Dimalam hari, Rasulullah bahkan membiarkan kaum muslimin tertidur pulas di tenda-tenda yang sudah dipersiakan tanpa mengganggu mereka sedikitpun. Agar cukup istirahat mereka di malam itu, dengan harapan esok paginya dapat meraih kemenangan dari Allah Ta’ala pada perang Badar.
RANAH DOA
Setelah melakukan semua persiapan fisik yang memungkinan untuk mewujudkan kemenangan di lapangan, malam itu beliau bertadarru` (memohon) kepada Allah Azza wa Jalla agar menolongnya. Di antara doa yang beliau ucapkan adalah:
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِيْ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِيْ اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإِِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ
Ya Allah, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini. [HR. Muslim 3/1384 hadits no 1763]
Dalam riwayat ini juga disebutkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus bermunajat kepada Rabbnya hingga selendang beliau jatuh dari pundak. Abu Bakar Radhiyallahu anhu datang dan mengambil selendang tersebut kemudian meletakkan kembali di pundak beliau. Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, “Wahai Nabi Allah, sudah cukup engkau bermunajat kepada Rabbmu dan Allah Azza wa Jalla pasti akan memenuhi janji-Nya.” Kemudian turunlah firman Allah Azza wa Jalla :
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu : “Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut”.[TQS. al-Anfâl/8:9]
Setelah itu Abu Bakar Radhiyallahu anhu memegang tangan beliau dan berkata, “Cukup wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, engkau telah berkali-kali memohon kepada Rabbmu”.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam segera mengambil baju besi dan terjun ke medan tempur seraya membaca firman Allah Azza wa Jalla :
سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”. [TQS. al-Qamar 54 : 45]
(Disadur dari as-Sîratun Nabawiyah Fî Dhau’il Mashâdiril Ashliyah, hal. 342-347)
Sahabat, demikianlah praktik keteladanan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memaksimalkan ikhtiar. Tidak berpangku tangan, hanya sebab beliau Nabi. Namun, tentu ada kaidah kausalitas yang harus dilakukan. Begitulah potret keteladanan dalam meraih kesuksesan dalam hal apapun. Melakukan ikhtiar (usaha dan doa) dengan maksimal, tidak miring pada salah satunya, atau meninggalkan salah satunya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (TQS. Ar-Ra’d :11)
Semoga kita bisa menarik manfaat dari tulisan singkat ini. Wallahu ‘alam []