DakwahKajian HadistLiterasiMuhasabah

Bolehkah Mendoakan Keburukan Ketika Dizhalimi?

Oleh : Shopiah Syafaatunnisa

Idemuslim, MUHASABAH, DAKWAH —  Mustajabnya doa orang terzhalimi begitu diwanti-wanti oleh Rasulullah sejak dahulu kala. Pasalnya, saking mustajabnya doa itu, sampai digambarkan Rasul bahwa tidak ada penghalang antara Allah dan orang tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

“Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” (HR. Bukhari no.1496, Muslim no.19).

Dari Abu Hurairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah bersabda.

دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ مُسْتَجَابَةُ وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا فَفُجُوْرُهُ عَلَى نَفْسِهِ

“Doanya orang yang teraniaya terkabulkan, apabila dia seorang durhaka, maka kedurhakaannya akan kembali kepada diri sendiri“. (Musnad Ahmad 2/367. Dihasankan sanadnya oleh Mundziri dalam Targhib 3/87 dan Haitsami dalam Majma’ Zawaid 10/151, dan Imam ‘Ajluni No. 1302)

Tidak peduli apakah yang dizhalimi seorang yang fajir (jahat), hingga orang kafir, dalam posisi terzhalimi, doanya tetap mustajab. Adapun urusan fajir dan kafir mereka, tetap akan mereka tanggung. Artinya, yang menjadi penekanan di sini adalah posisi ‘dizhalimi’, posisi inilah yang dikabarkan Allah dan RasulNya amat sangat mustajab.

Pernahkah terbersit di benak kita, dengan mustajabnya doa orang yang terzhalimi, apakah ini mengindikasikan bolehnya mendoakan keburukan dalam posisi dizhalimi?

Dibolehkannya Mendoakan Keburukan untuk Orang Zhalim

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. an-Nisa: 148)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa ayat ini menunjukan kebolehan seseorang yang dizalimi untuk mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya.  (Taisir al-Karim ar-Rahman, 12)

Sesungguhnya perbuatan zhalim ini adalah diantara perbuatan dosa yang hukumannya disegerakan di dunia.

Sebab yang menjadi korban dari kezhalimannya diberi keistimewaan berupa mustajabnya doa. Itulah bentuk hukuman Allah bagi orang-orang yang zhalim.

Dalam tafsir Ibnu Katsir dikatakan, Hasan Al-Basri mengatakan, “Janganlah seseorang mendoakan kecelakaan terhadap orang yang berbuat aniaya, tetapi hendaklah ia mengucapkan dalam doanya seperti ini: ‘Ya Allah, tolonglah daku terhadapnya dan kembalikanlah hak milikku darinya”.”

Menurut riwayat yang lain yang bersumber darinya (Hasan Al-Basri), Allah memberikan kemurahan (rukhsah) kepada seseorang yang mendoakan kecelakaan bagi orang yang telah berbuat aniaya kepadanya, tanpa membalasnya.

Oleh karenanya, doa seseorang yang dizhalimi, meski doa itu berupa keburukan, Allah bolehkan, dan Allah akan mengijabah doanya. Dengan catatan, tanpa membalas kezhaliman tersebut.

Bahkan ayat di atas menunjukan pengecualian, bahwa memang Allah tidak menyukai setiap kalimat buruk selain yang terucap dari seseorang yang dizhalimi.

Maka karena dihukumi boleh, tentunya tidak dihukumi sebagai dosa. Allah berfirman:

وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ

“Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka.” (Q.S. Asy-Syura: 41).

Haruskah Mendoakan Keburukan?

Bila kita dalam posisi dizhalimi, sesungguhnya tentang bagaimana kita meresponnya dikembalikan pada kita. Bahkan Rasulullah pun dalam tafsir Ibnu Katsir menganjurkan Aisyah untuk berdoa daripada mendoakan kecelakaan.

Sakit hati yang mendalam terkadang membuat kita lelah, apalagi bila kezhaliman itu menyentuh batas kita yang membuat kita tak tahan lagi hingga mendoakan hal buruk.

Mendoakan keburukan untuk orang zhalim dibolehkan Allah sebagai bagian dari keadilanNya dalam menghukum kezhaliman. Apalagi bila keadaan mengharuskan kita melakukannya demi menyadarkan kezhaliman seseorang.

Namun sekai lagi, semua itu kembali kepada kita. Bahwa mendoakan keburukan itu meskipun dibolehkan, tetapi sifatnya opsional.

Mendoakan keburukan saat dizhalimi adalah pilihan, sebab ada yang lebih baik dan mulia dari sekedar mendoakan keburukan, ialah sabar dan memaafkan.

Ibnu ‘Abbas rahimahullah berkata yang dikutip oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya,

“Pada dasarnya Allah tidak menyukai orang yang mendoakan keburukan terhadap orang lain, kecuali bagi orang yang dizalimi, karena dia diberi rukhshah/keringanan untuk mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya, akan tetapi ketika dia bersabar maka itu lebih baik baginya.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, 2/442)

Syaikh as-Sa’di meskipun berpendapat bahwa ayat tadi membolehkan mendoakan keburukan, namun beliau melanjutkan bahwa jika orang tersebut mau memaafkan, maka itu lebih baik.

Sebagaimana kelanjutan surat An-Nisa di atas:

إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا

“Jika kalian melahirkan suatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan suatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha kuasa.” (Q.S  An-Nisa: 149)

Di dalam Tafsir as-Sa’di, disebutkan firman Allah berikut:

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka ada pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zhalim.” (Asy-syu’ara: 40)

Ada pahala yang disediakan Allah bagi hambaNya yang lebih memilih memaafkan, padahal ia dalam keadaan dizhalimi. Perangai ini tentu bukanlah hal mudah, namun bukan berarti tidak mungkin.

Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا

“Tiada tambahan yang Allah akan berikan kepada seorang hamba yang memaafkan kecuali tambahan kemuliaan.” (Shahih Muslim, 6757)

Semakin seseorang mampu memaafkan, semain mulia dirinya di sisi Allah.

Ada Doa Keburukan yang Tidak Diijabah

Allah berfirman:

“Kalau sekiranya Allah menyegerakan doa keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka …” (QS. Yunus: 11)

Menurut Ibnu Katsir rahimahullah, melalui ayat ini Allah mengabarkan kepada manusia akan sifat santun-Nya. Karenanya, Allah tidak mengabulkan doa keburukan yang diperuntukkan kepada seseorang atas jiwa, harta, dan anak-anak mereka dalam kondisi letih/bosan atau marah, Allah Maha Mengetahui bahwa hal itu dilakukan bukan dengan sengaja (agar keburukan itu benar-benar terjadi padanya). (Tafsir al-Qur’an al-Adzhim, 4/ 251)Artinya, yang dimaksud di sini doa buruk seseorang untuk dirinya, atau anaknya, semisal ketika dia marah, yang sebenarnya dia sendiri tidak suka andaikata doa itu dikabulkan. Andai Allah mengabulkan doa keburukan itu, akan banyak diantara mereka yang binasa. Namun dengan karunia-Nya, Allah tidak mengabulkan doa ini.

Nah, ini doa keburukannya jelas bukan dalam konteks saat dizhalimi. Hal yang penting digarisbawahi bahwa yang mustajab itu hanyalah mendokan keburukan saat dizhalimi. Adapun mendoakan keburukan dalam keadaan marah, apalagi unsurnya tidak sengaja dan tidak ada maksud,Allah tidak kabulkan justru karena rahmat dan kasih sayang-Nya.Namun tetap saja mendoakan keburukan harus dihindari, apalagi jika doa itu bersumber dari orang tua untuk anaknya. Ucapan adalah doa bisa saja berlaku bagi sosok orang tua yang diberi keistimewaan mustajab oleh Allah.

Bukan hanya doa keburukan, doa kebaikannya saja mustajab. Sebagaimana yang dialami Syaikh Sudais di masa kecilnya. Senakal apapun beliau, ibunya tetap menyumpahinya dengan sebutan Imam masjidil haram meski ibunya marah besar sekalipun.

Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari mendoakan keburukan. Adapun dalam konteks mazhlum (dizhalimi), dapat dipastikan kebolehan hingga kemustajabannya.

Namun demikian, memilih bersabar dan memaafkan, tetap lebih baik. Dan inilah akhlak terpuji yang dianjurkan Islam. Apalagi bila mendoakan kebaikan untuk yang zhalim tersebut.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button