LiterasiPendidikanPendidikan Islam

Dengan Menulis Kita Tebar Manfaat!

Oleh: Abdullah Efendy, S.Pd., CLMQ

Idemuslim.com, LITERASI — Pasti yang sedang baca tulisan ini paham pentingnya suatu ilmu. Kata Ali bin Abi Thalib, ikatlah ilmu dengan menulis. Dengan menulis, sebenarnya kita mengasah sendiri kemampuan kita. Sebagai contoh misalnya begini! Orang yang hanya mendengarkan sesuatu, dengan orang yang mendengarkan plus menuliskannya! Kira-kira ilmunya lebih nancep yang mana? Bener, yang mendengarkan dan menuliskan!


Maka sejatinya, kalau ada seorang pemuda, yang belajar sesuatu, namun tak menuliskan sesuatu yg ia pelajari. Bisa jadi lambat laun ilmu itu akan hilang! Inilah yang dikhawatirkan para ulama terdahulu, termasuk para sahabat Rasulullah saw. Semenjak wahyu turun, Rasulullah saw memerintahkan kepada para sahabat untuk menulis setiap ayat-ayat yang turun. Sebagaimana diceritakan bahwa ada yang menuliskannya pada Usb (pelepah kurma yang masih keras), Likhaf (lempenga-lempengan batu), Al-Karnief (akar keras dan pohon saf), riqa’ (kulit), Al-‘Aqtab (pelana kuda) dan aktaf (tulang keledai yang sudah kering).


Adapun pengumpulan Al-Quran, menggabungkannya dalam bentuk mushaf dimulai dimasa Abu Bakar Ash-Shiddq. Beliau meminta kesediaan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan kepingan demi kepingan kemudian dituliskan menjadi satu. Singkat cerita, Mushaf Al-Quran ini pada akhirnya rampung dimasa Khalifah Ustman bin Affan. Beliau membuat panitia khusus untuk merangkum ayat-ayat mulia ini. Mereka terdiri dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Abdullah bin Zubair, Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, Zaid bin Tsabit dan sebagian riwayat menambahkan Ibnu Abbas juga termasuk didalamnya.


Alhamdulillah. Dari zaman ke zaman kejayaan Islam, budaya tulis menulis ini berkembang semakin pesat. Para Khalifah mengganjar para penulis-penulis yang dengan tangannya mengurit ilmu, dengan imbalan yang setimpal. Banyak kisah menyebutkan, bahwa mahar yang diberikan kepada para penulis berupa emas sesuai dengan berat buku. Maka jika kita melihat buku-buku para ulama terdahulu, masyaAllah sangat tebal sekali, penuh ilmu dan hikmah, serta berwawasan luas.


Para penulis dari kalangan kaum muslimin, sangat dihargai dan dimuliakan. Kebanyakan dari mereka adalah para kalangan ulama yang hanif, seperti Imam hanafi, imam Malik bin Anas, Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hambal, Imam ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan sebagainya! Maka wajar, Perpustakaan Cordova di Andalusia menjadi perpustakaan terlengkap di masanya. Acapkali para pembelajar Eropa berduyun-duyun datang ke negeri islam untuk belajar peradaban Islam dan ilmu-ilmunya. MasyaAllah, Ilmu itu laksana ladang. Siapapun yang menanaminya, akan memetik hasilnya.


Mudah-mudahan budaya menulis ini senantiasa abadi dalam diri kaum muslimin. Bisa jadi orangnya telah tiada, layaknya Imam syafi’I tapi kitab-kitabnya seperti kitab Ar-Risalah hingga kini menjadi rujukan ulama-ulama seluruh dunia dalam memahami Islam. Ketika Jasad telah kembali ke bumi, namun amal terus mengalir tiada henti, selagi masih ada yang membaca buku kita. Lalu apa alasan yang membuat kita enggan untuk mulai menjadi penulis? Bukankah syurga Allah yang jadi tujuan

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button