Millennial TalkMuslim Youth
Trending

Ini 5 Tips Belajar Islam Yang Cocok Untuk Kaum Millenial dan Gen Z!

oleh : Abdullah Efendy, S.Pd., CLMQ

Idemuslim.com, MILLENIAL TALK — Islam dan Muslim, layaknya pakaian dan tubuh! Belajar Islam bagi muslim layaknya seorang bayi yang belajar duduk, berdiri, berjalan dan berlari. Ada tahapannya! tidak bisa langsung loncat menjadi kyai, tanpa terlebih dahulu jadi santri. Ulama juga demikian, mereka harus mengawali kariernya sebagai mad’u atau daris, berkhidmat dan istiqomah mempelajari Islam sebagaimana tradisi para salaf terdahulu. Sehingga mereka mampu memahami islam secara holistik, bukan sekedar mengenal! Naik pula levelnya dari seorang pembelajar ke seorang mualim. Kemuliaannya, adalah keterikatan ketaatan mereka kepada Allah melalui ilmu yang mereka dapatkan. Sehingga muncul perasaan khauf dan roja’ semata-mata mengharap keridhaan Allah atas amaliyah mereka!

Belajar Islam, dengan berkembangnya teknologi, sebenarnya lebih mudah dipelajari dibanding tempo dulu. Jika dulu para muhaddisin [orang yang meriwayatkan (rawi) hadits] harus barjalan puluhan mil, berhari hingga berminggu, hanya demi mendapatkan 1 buah hadist, kini generasi millenial dan gen Z cukup mengakses diinternet, menginstal software kitab-kitab hadist atau kitab turats, seperti Maktabah Syamilah dan sebagainya. 

Baca Juga : Layakkan Diri, Menjadi Bidadari di Tapal Batas!

Sebagaimana diketahui, generasi hari ini, didominasi oleh mereka yang disebut sebagai ​​generasi millenial dan generasi Z.  Generasi milenial atau generasi Y adalah generasi yang lahir sekitar tahun 1980 hingga tahun 1995 pada saat teknologi telah maju. Sedangkan generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1996 sampai dengan tahun 2012. Kedua generasi ini, hidup dimasa gadget age! Koalisi mereka, menghadirkan sebuah perubahan human strategy dakwah! Jika dulu, manusia berkumpul di Pasar, kini manusia berkumpul di social media mereka. Adapun secara tahapan belajar Islam, sebenarnya tetap sama, yakni sebagai berikut : 

  1. Belajar Mengenal Allah
  2. Belajar Mengenal Rasulullah
  3. Belajar Memahami Islam
  4. Belajar Menerapkan Islam Dalam Kehidupan
  5. Mendakwahkan Islam dan Sabar dalam Dakwah!

Namun, penerapan cara belajarnya yang mungkin hari ini perlu penyesuaian. Secara thoriqoh, tetap sama, namun uslub dakwah harus dikembangkan dan disesuaikan dengan target da’wah. Sebagaimana dulu, para wali songo pun menyesuaikan uslub dakwah di Nusantara, khususnya di tanah jawa. Kini, bagaimana kiranya konsep uslub yang sesuai bagi generasi Millenial dan  Gen Z ini? Berikut 5 tips yang cocok menurut kami dapat dilakukan!

  • Perlunya Kehadiran Influencer Dakwah

Dalam perkembangannya kehadiran para influencer dakwah, mulai dari para ustadz, Habaib, Kyai atau Generasi Millenial telah memiliki kontribusi yang patut diacungi jempol. Statistik banyaknya pemuda hijrah belajar agama dari internet, telah menjadi bukti nyata kontribusi para influencer ini. Influencer dakwah, sebagaimana kita ketahui memiliki kepiawaian dalam mempengaruhi, merubah opini, dan merubah perilaku audience-nya sesuai dengan content pillar yang mereka desain dan posting. Ada yang berupa video motivasi Islam, Quotes Islami, Muhasabah, Inspiring movement, Self Improvement, Hijrah Tips, Learning Arabic Tips dan masih banyak lagi. Tentunya, audience akan memilih, mana influencer yang mereka ikuti dan senantiasa tunggu postingannya. Sebagaimana dulu, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam telah berhasil ‘mempengaruhi’ kondisi pemikiran dan perbuatan para sahabat dengan Islam, maka kehadiran influencer hari inipun tidak jauh berbeda. Jadikan social media, sebagai sarana kebaikan, dan meraup pahala yang sebanyak – banyaknya dengan menebar kebermanfaatan! 

خيرُ الناسِ أنفعُهم للناسِ

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat terhadap sesama manusia.”( HR Ibnu Hibban dan At-Tabrani)

  • Podcast Dakwah Via Video Sharing Platform

Kalau dulu, podcast identik hanya melalui audio, namun kini telah merambah menjadi video dengan beragam segmen pembahasan. Salah satu platform yang sering kita temukan sebagai ranah podcast, adalah youtube. Ustadz-ustadz kondang, seperti Ustadz Abdul Somad, Ustadz Khalid Basalamah, Ustadz Adi Hidayat, Gus Baha, Ustadz Syafiq Basalamah, Ustadz Hanan Attaki, adalah segelintir nama penceramah yang dikenal melalui platform tersebut. Jika dahulu, belajar Islam mengharuskan datang ke majelis, dan tabu jika menonton saja melalui video, namun sekarang ternyata yang tabu tersebut telah menjadi kebiasaan baru. Khususnya ditengah padatnya kesibukan dan jauhnya jarak. Suguhan podcast serta ceramah melalui platform video sharing, telah banyak membantu memberikan pemahaman Islam kepada muslim yang awam. Tentu, tanpa menafikkan dan menghilangkan esensi hadir secara langsung (baca : offline) ke pengajian, kajian ilmu dan sebagai dengan keberkahan-keberkahan yang istimewa didalamnya! Hidupkan kebiasaan mempelajari Islam dimanapun berada! Dengan sering mengulang-ulang ilmu, InsyaAllah pemahaman akan semakin tarasah dan terarah!  

  • Masjid dengan Spot Santai dan Wifi Gratis

Belajar Islam hari ini tengah disandingkan erat dengan teknologi. Dan perlu kami berikan disclaimer terlebih dahulu, bahwa  Nama-nama seperti Ibn Sina, Ibn Rush, Al Khawarizmi, Al Biruni adalah di antara tokoh-tokoh yang tidak asing lagi baik dibelahan dunia Timur ataupun Barat. Mereka adalah bukti real bagaimana peradaban Islam begitu erat kaitannya dengan bidang sains dan teknologi dengan mengaplikasikan konsep Al Quran dan Hadis. 

Selain dikenal bertabur cahaya di waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal sangat bersih. Ternyata, semua tidak terlepas dari para ilmuwan Muslim yang telah menciptakan sarana pengumpul sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum pernah ada dalam peradaban manusia ataupun peradaban barat sebelumnya.

Baca Juga : 64% Penduduk Indonesia Adalah Pemuda, Sudah Saatnya Tanggap Politik!

Khususnya pula di Era Kekhilafahan Abbasiyah, yang telah disepakati banyak ahli sejarah sebagai masa paling jaya dalam perabadan kaum muslimin (750 M – 1258 M). Bangunan-bangunan masjid nan megah, tidak hanya digunakan sebagai tempat sholat namun juga tempat diskusi islam dan halqoh halqoh dengan para Masyaikh. Pemerintahan pada masa itu memiliki kebijakan yang mendukung bidang ilmu pengetahuan. Dengan membangun lini usaha penerjemahan, pendirian akademi-akademi, observatorium, perpustakaan, serta pemberian santunan bagi para ilmuan untuk pelaksanaan riset sains dan teknologi. Jika dulu sudah begitu lengkap, bukankah hari ini masjid-masjid kita juga bisa difasilitasi dengan hal yang sama?

  • Topik-topik Kajian Relevan dengan Millenial Kekinian

Berdasarkan usia, Millenial dan Gen Z tentu lebih banyak membutuhkan materi kajian yang berkaitan dengan masa-masa muda mereka. Kepiawaian mengambil hati dan menarik keinginan mereka hadir ke majelis ilmu, juga harus menjadi konsen para pengemban dakwah. Salah satu hal yang dilakukan, dapat dengan mengakomodir kebutuhan akal mereka tentang konsep hidup, rejeki, jodoh, masa depan, self development yang benar. Apa yang relate dan mereka butuhkan, pasti akan mengundang ketertarikan untuk hadir! Stimulus inilah yang harusnya dibangun dengan apik, demi terciptanya rantai dakwah yang panjang dan berkisanambungan!

  • Cafe Literasi Islam & Ensiklopedi Sejarah Islam

Jika biasanya cafe lekat dengan hedonis dan sekuler, dengan musik-musik serta berbagai ikhtilat lelaki dan wanita, maka tentu secara khusus bisa saja didesain sebuah cafe dengan konsep islam yang berbeda. Bukan sekedar ngopi, tapi juga diskusi tempat bertukar fikiran dan berliterasi.

Cafe Literasi Islam, adalah salah satu konsep yang seseuai millenial dan gen Z, namun tidak menghilangkan esensi dakwah dengan rules dan konsep yang disesuaikan dengan kaidah syara. Sebagaimana dahulu pernah berdiri Lembaga Bayt Al Hikmah di Baghdad. Yang didirikan oleh Khalifah ke 7 Abbasiyah yakni Khalifah Al-Ma’mun (813-833). Bayt Al-Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan, pusat penerjemahan, dan tempat berkumpul para cendikiawan dari seluruh dunia untuk berdiskusi. Sehingga Baghdad saat itu dianggap sebagai pusat intelektual dan keilmuan pada masa kegemilangan Islam.

Baca Juga : Kesenangan Dunia, Menghancurkan Pemuda

Maka Cafe Literasi Islam bisa juga didesain dengan konsep perpustakaan dan pusat diskusi islam ilmiah. Yang mempertemukan antara mereka yang ingin belajar dengan para dai yang siap mengajar. Uslub dakwah ini tentu akan menarik millenial dan gen Z yang merasa bahwa belajar Islam tak mesti ke Masjid, namun bisa dimana saja. 

Show More

Related Articles

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button