Dilema Antara Harapan Dan Kekhawatiran

Penulis : Dedek Arnisah
Idemuslim.com, OPINI — Pandemi yang datang menyerbu dunia, tidak terasa telah berhasil merubah hampir seluruh tatanan kehidupan. Pandemi bukan hanya menyerang aspek ekonomi, sosial, maupun politik, tetapi juga pendidikan. Selama hampir 2 tahun lamanya kegiatan sekolah tidak berjalan secara normal. Akhirnya pemerintah berusaha untuk menerapkan kebijakan PTM (Pembelajaran Tatap Muka) 100%. Penurunan kurva pandemi covid-19 menjadi alasan bagi pemerintah untuk membuka PTM. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kasus aktif Covid-19 pada 29 September 2021 tersisa 37.412 dan saat ini pada tanggal 02 Oktober 2021 tersisa 33.812 kasus aktif. Namun di sisi lain ada kekhawatiran tersendiri mengingat kondisi yang belum juga stabil.
Dikutip dari medcom.id-Jakarta: Pemerintah akan membuka Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100% mulai Januari 2022. Komisioner KPAI Retno Listyarti menyebut masih banyak pertimbangan yang membuat PTM terbatas Januari nanti belum siap. KPAI melakukan pengawasan PTM selama tahun 2021 pada 17 sekolah yang berada di 18 kabupaten/kota di 8 provinsi. Hasil pengawasan menunjukkan bahwa anak didik masih sulit untuk mengubah perilakunya di masa adaptasi pandemi covid-19.
Kebijakan PTM harus dipersiapkan secara optimal, bukan hanya dijadikan sebagai ajang uji coba. Pemerintah harus bertanggung jawab secara penuh untuk melakukan perlindungan terhadap siswa maupun pihak sekolah. Seperti mempersiapkan segala perlengkapan untuk menjalani protokol kesehatan. Sebab tidak semua lembaga pendidikan mampu untuk memenuhi sarana dalam menjalani protokol kesehatan. Sehingga kesiapan yang dilakukan pemerintah bukan hanya sekedar perencanaan, tetapi dijalankan sesuai dengan tanggung jawabnya. Namun tetap saja kebijakan ini menuai kritik dari berbagai kalangan.
Dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengkritisi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 % yang mulai dilaksanakan di sekolah-sekolah. Pemerintah pusat memberlakukan PTM 100% di daerah yang berada di PPKM level 1 dan 2 pada Senin (3/1/2022).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu daerah yang menggelar PTM dengan kapasitas 100% pada waktu ini. Tulus pun mengungkapkan kekhawatirannya atas pemberlakuan kebijakan ini yang seiring dengan peningkatan kasus Covid-19 varian omicron di Ibu Kota.
“Ngeri-ngeri sedap. Implementasi PTM 100% saat omicron makin merebak dan Jakarta naik level lagi menjadi PPKM level II,” kata Tulus dalam keterangannya pada Selasa (4/1/2022).
Tulus meminta pemerintah mencermati kebijakan PTM 100% kala omicron mulai merebak di Tanah Air. Sebab, ia khawatir kesehatan murid dan guru malah dikorbankan agar PTM bisa bergulir 100%. Apalagi dikabarkan berbagai virus varian baru mulai muncul lagi. Membuat bimbang orangtua untuk melepas anak-anak untuk mengikuti PTM secara 100%. Namun lebih dikhawatirkan kembali ketika anak-anak terus belajar secara daring. Ketika daring banyak orangtua yang mengeluh tentang perkembangan anaknya. Banyak anak yang cenderung bosan akhirnya malas dan tidak belajar. Sehingga belajar secara daring juga tidak menjamin dapat tercapainya target pembelajaran.
Baca Juga :
- Maksiat Difasilitasi, Wujudkan Generasi Nihil Visi
- Muslimah Jangan Latah Ikut Feminis!
- Mengais Rupiah dari Sampah di Negeri Gemah Ripah
Serba salah, inilah yang terjadi ketika mengambil keputusan tanpa landasan yang membawa pada kemaslahatan semua orang. Akhirnya apapun kebijakan yang dikeluarkan tidak dapat menyelesaikan persoalan, terlebih dalam bidang pendidikan. Cara-cara yang ditempuh pemerintah saat ini terbukti tidak membawa pada tercapainya tujuan dari pendidikan. Lalu apa sebaiknya yang harus dilakukan?
Jadikan Islam sebagai solusi!
Dalam Islam pendidikan dan kesehatan adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara. Apalagi Islam sangat memperhatikan pendidikan. Sehingga dalam keadaan apapun pendidikan akan tetap berjalan dan dapat mencapai tujuan. Sebab pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi terbaik untuk masa depan. Dalam Islam, Negara akan memaksimalkan perananya dalam mengurusi seluruh rakyatnya. Sehingga rakyat tidak bingung lagi dalam memikirkan bagaimana cara agar tetap mendapatkan pendidikan yang baik, terlebih dalam kondisi pandemi.
Negara akan bertanggung jawab secara penuh atas berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Pendidikan akan disediakan secara gratis untuk semua kalangan tanpa ada pertimbangan keuntungan. Sebab Islam akan membawa rahmat dalam kehidupan. apalagi dalam masa pandemi, Kesehatan rakyat akan dijamin negara. Sebab Islam memiliki cara yang pasti untuk menangani kasus pandemi ini. Sebagaimana dengan jelas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)
Dengan Islam kita tidak akan dilema lagi dalam menjalani kehidupan. Tidak khawatir dengan sulitnya pendidikan. Dan harapan satu-satunya adalah dengan menerapkan Islam dalam kehidupan.