Harta dalam Pandangan Islam

Cara Pandang Rasulullah ﷺ & Para Sahabat Seputar Harta
Penulis : Efendy Abdullah, S.Pd., CLMQ
Idemuslim.com, DAKWAH — Kaum Fadak, tengah mengirimkan hadiah kepada Rasulullah ﷺ yang dibawa oleh 4 ekor unta. Disaat yang bersamaan, beliau ﷺ memiliki sejumlah hutang pada seorang musyrik, dan telah jatuh tempo. Segera beliau tugasi Bilal ibn Rabbah, melunasi hutang tersebut, sementara beliau ﷺ menunggu di Masjid!
Hutang pun telah dibayarkan! Bilal kembali menghadap Rasulullah! Kemudian beliau bertanya : “Apakah masih ada yang tersisa?”
“Ya, masih ada sedikit,” jawab Bilal.
“Bagikanlah harta itu sampai habis hingga aku merasa tenang. Aku tidak akan pulang kerumah sebelum harta itu dibagikan semuanya!” ujar Rasulullah!
Bilal pun kembali pergi membagikan harta yang tersisa pada seluruh fakir miskin yang ia temui. Selepas Isya, Bilal kembali menghadap Rasulullah.
“Masihkah ada yang tersisa?” tanya Rasulullah.
“Masih, karena belum ada lagi orang yang memerlukannya!”, jawab Bilal.
Mendengar hal itu, beliau ﷺ memutuskan tidur di Masjid sampai harta itu habis. Hingga esok harinya, Bilal kembali ditanya oleh Rasulullah, kemudian Bilal menjawab, “Tidak ada, ya Rasulullah. Allah telah memberkati anda dengan ketentraman jiwa. Semua harta telah habis dibagikan.”
Mendengar jawaban tersebut, beliau ﷺ memuji Allah dan pulang menemui istri-istri beliau dengan hati yang tenang, setelah beberapa malam menginap di masjid.
Baca Juga :
- BEGINILAH PENDIDIKAN PENGHASIL ULAMA & ILMUWAN
- TARIKH IMAM SIBAWAYHI, AHLI NAHWU TERKENAL DALAM
- SAYA BARU HIJRAH, ILMU APA YANG HARUS SAYA PELAJARI
- INDAHNYA NASIHAT MENGGUGAH SEORANG ULAMA
Cara Pemanfaatan Harta Dalam Islam
Islam telah memberikan warna yang berbeda pada berbagai sudut pandang! Termasuk dalam harta, rezeki, cara meraih dan pemanfaatannya. Cara pandang yang khas tersebut, telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah! Contoh kecilnya, sebagaimana kisah yang telah kami sampaikan tadi. Dalam hal harta!, sebagaimana Rasulullah menjelaskan dalam amaliyah beliau, bahwa ketenangan akan harta tidak muncul saat mengumpulkannya, melainkan saat membagikannya! Bagi muslim, dunia adalah tempat singgah, bukan tempat tinggal sebenarnya! Maka, yang harus dikumpulkan itu ialah bekal akhirat, ketimbang dunia! Investasi harta terbaik, ialah untuk akhirat, bukan dunia. Pemahaman inilah, yang membuat Rasulullah tak segan menderma harta beliau seluruhnya, demi tempat yang abadi, yakni Akhirat!

Dilestarikan pula oleh para sahabat, salah satunya adalah Khalifah Umar bin Al-Khattab dimasa kepemimpinannya (13-23 H). Bahkan Muadz bin Jabal, Gubernur di “Jund”, Yaman saat itu, kesulitan membagi-bagikan harta zakat, sebab tidak menemukan satupun orang miskin! Pertanda 10 Tahun pemerintahan Umar, telah memberikan selaksa kesejahteraan yang merata di segenap penjuru daulah Islam.
Harta yang Sesungguhnya
Walhasil, Islam memang mengajarkan setiap muslim memahami hakikat kaya yang sebenarnya. Bahwa kekayaan, bukanlah harta yang kita kumpulkan dan yang kita miliki. Bukan pula yang kita makan, kita pakai dan belanjakan! Bahkan acap kali berdoa, agar diberi kekayaan dan keberlimpahan di dunia! Hingga lupa akhirat! Bukan!!, Bukan itu!! Sebab itu hanya menyebabkan kita bakhil atas harta, kikir atas rejeki. Harta yang sebenarnya, adalah harta yang kita berikan dijalan Allah! Kita dermakan pada fakir miskin, anak yatim, teruntuk dakwah, jihad fisabillah, serta Qardul Hasan (pinjaman yang baik) bagi yang membutuhkan! Itulah yang akan terkumpul di Akhirat nanti dan menjadi penolong!
“Hartamu adalah yang kau infakkan, adapun yang kau simpan adalah harta ahli warismu” (HR Bukhari)
Maka wajar, pemahaman konstruktif tersebut juga diaminkan oleh para sahabat Rasulullah. Sebagaimana tercermin dalam aktifitas para sahabat, yang senantiasa menginfakkan harta mereka di jalan Allah ﷻ!
Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu | Membebaskan Bilal radhiallah ‘anhu dari perbudakan Umaiyah bin Khalaf sebesar 9 uqiyah emas, dengan kalkulasi harga Rp 660 ribu pergram, maka mencapai Rp 188.581.800 |
Umar bin Al-Khattab radhiallahu ‘anhu | Mewasiatkan 1/3 hartanya untuk kepentingan Islam senilai 510.000 gram emas. Jika dikalkulasikan, dengan harga Rp 660 ribu pergram. Maka total nya Rp 336.600.000.000 |
Ustman bin Affan radhiallahu ‘anhu | Menyumbangkan 300 ekor unta yang setara dengan harga Rp 3,6 miliar! Disamping itu beliau juga memberikan dana sebesar 1.000 dinar emas senilai Rp 1,7 miliar saat perang Tabuk. |
Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu | Menyumbangkan hartanya saat perang Tabuk sebesar 200 uqiyat emas senilai Rp 2,5 miliar lebih. Menjelang wafatnya, beliau mewasiatkan 50.000 dinar senilai Rp 85 miliar untuk infaq fisabilillah |
Begitupun para sahabat lainnya semisal Abbas, Thalhah, sa’ad bin ubadah, Muhammad bin maslamah dan lainnya. Mereka memahami secara esensial, bahwa harta yang kita miliki sejatinya ialah titipan! Untuk menguatkan, mempermudah, meneguhkan ibadah di jalan Allah!
Mindset inilah yang ditanamkan oleh Rasulullah, seputar kekayaan!. Pemahaman seputar bisnis bagi muslim yang paling mendasar adalah bagaimana cara pandang kita tentang kekayaan? Kita tidak akan beranjak maju menuju bisnis berkah, sebelum kita paham bahwa kekayaan sejati itu bukan materi! Sebab :
- Yang dimakan akan menjadi kotoran
- Yang dibeli akan ditinggalkan
- Sedang, yang di infakkan itulah yang menyelamatkan
Sedari berbisnis, Rasulullah mengajarkan penuhkan diri akan kekayaan budi pekerti, sebelum mencari kekayaan materi (baca : profit). Beliau ﷺ senantiasa memperkaya diri dengan kejujuran, amanah, keteguhan, sopan santun, serta ahlak mulia lainnya. Itulah sebab banyak yang kagum dan memuji cara bisnis beliau! Hingga tersemat gelar Al-amin padanya. Singkatnya, Beliau senantiasa menggunakan kaidah-kaidah yang terbaik dalam dagang, apatah lagi sejak diutus menjadi Nabi dan Rasul. Walhasil, banyak saudagar kaya raya memutuskan bekerjasama, menitipkan dagangannya untuk dijual oleh Rasulullah.
Diakhir hayat beliau, seluruh harta yang dimiliki, disedekahkan pada keluarganya! Menunjukkan tidak sedikitpun kecintaan harta, mengisi hati beliau! Bahkan, harta yang tersisa sebesar 7 dinar pada Aisyah ra pun, di sedekahkan oleh Aisyah pasca kematian Rasul, kepada para fakir miskin!! []