Real Hero

Imran Bin Hushain : Seperti Malaikat

Oleh : Dedek Arnisah

Imran bin Hushain radhiyallâhu ‘anhu adalah seorang hamba yang takut kepada Allah تعالى, yang selalu menangis mencucurkan air mata dan meratap, “Wahai, seandainya aku ini menjadi debu yang diterbangkan angin saja

Beliau menangis karena takut dan khawatir atas kelemahan dalam bersyukur dan beribadah kepada Allah تعالى.  Beliau merasa belum melakukan apa-apa meski telah tunduk, rukuk, sujud, dan beribadah sepenuhnya kepada Allah تعالى.

Suatu saat beberapa sahabat menanyakan pada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah, mengapa kami ini bila sedang berada di sisimu, hati kami menjadi lunak hingga tidak menginginkan dunia lagi dan seolah-olah akhirat itu kami lihat dengan mata kepala. Tetapi, ketika kami meninggalkanmu dan kami kembali ke keluarga, anak-anak dan dunia kami, kami menjadi orang yang lupa diri? “

Rasulullah ﷺ menjawab, “Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, seandainya kalian selalu berada dalam keadaan seperti saat di sisiku, para malaikat pasti akan menampakkan diri dan menjabat tangan kalian. Namun, ada waktu keimanan itu meningkat dan ada waktu menurunnya.”

Imran bin Hushain radhiyallâhu ‘anhu  mendengar pembicaraan itu. Seketika kerinduannya bergejolak dan Ia seolah-olah bersumpah pada dirinya untuk selalu berada pada kemuliaan tersebut, yaitu senantiasa meningkatkan keimanan dan ibadah kepada Allah Rabb Semesta Alam.

Pada masa pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khatab radhiyallâhu ‘anhu , Imran dikirim oleh Khalifah ke Bashrah untuk mengajari penduduk dan membimbing mereka mendalami agama. Para penduduk berdatangan untuk mendapatkan berkah ilmunya dan meniru ketaqwaannya. Al-Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin menuturkan,  “Tidak seorang pun diantara sahabat Rasulullah  yang datang ke Bashrah lebih utama daripada Imran bin Hushain.

Imran selalu sibuk dengan ibadah. Keasyikannya dengan ibadah ini seolah-olah Ia bukan penduduk bumi yang hidup diantara sesama manusia. Ia lebih cocok bila dikatakan sebagai malaikat yang hidup di lingkungan para malaikat, bergaul dan berbicara dengan mereka, bertemu muka dan bersalaman dengan mereka.

Ketika terjadi pertentangan tajam diantara kaum muslimin, yaitu antara golongan Ali dan Mu’awiyah, Imran bukan saja menunjukkan sikap tidak memihak kepada siapapun, melainkan juga meneriakkan kepada Umat agar tidak campur tangan dalam perang tersebut. Ia berkata, “Aku lebih suka menjadi penggembala rusa di puncak bukit sampai mati daripada melepas anak panah ke salah satu pihak, baik meleset ataupun tidak.”

Ketika Imran mengidap suatu penyakit yang selalu mengganggunya selama tiga puluh tahun, Ia tidak pernah merasa kecewa atau mengeluh, meskipun hanya ucapan “Aduh”. Sebaliknya, Ia tiada henti beribadah baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.

Ketika para sahabat menjenguk dan menghiburnya, Ia hanya tersenyum dan berkata,  “Sesungguhnya perkara yang paling aku sukai ialah perkara yang paling disukai Allah,.” Ketika ia hendak meninggal, wasiatnya adalah “Jika kalian telah kembali dari pemakamanku, sembelihlah hewan dan adakanlah jamuan makan.”

Mereka pantas melakukan penyembelihan dan jamuan, sebab kematian seorang Mukmin seperti Imran bin Hushain bukanlah merupakan kematian yang sesungguhnya, melainkan sebuah pelepasan roh yang Agung dan Mulia, dimana orang yang tinggi dan telah ridho di arak ke Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang taqwa. []


Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button