
Idemuslim.com, INTERNASIONAL — Negara yang berslogan Kesetaraan, Keberagamaan, Persaudaraan yakni Prancis, kini telah menampakkan wujud asli Demokrasi. Hal itu terlihat dari kebijakaan beberapa tahun terakhir yang dikeluarkan pemerintahan Emmanuel Macron untuk membatasi aktivitas umat Islam Prancis. Tindakan tersebut, dinilai telah melampaui batas toleransi yang selalu dielu-elukan negara-negara penganut paham demokrasi.
Masjid-masjid yang ada disana ditutup secara sepihak, tanpa ada alasan rasional. Langkah-langkah untuk mengisolasi kehangatan umat Islam disana, terlihat begitu ekstrim diterapkan. Seorang peneliti di Foundation for Political, Economic and Research (SETA), yakni Haci mehmet Boyraz menyebutkan, bahwa Islamphobia telah merasuki politik sehari-hari Prancis. Beberapa contoh nyata pelanggaran hak umat Islam dan pembatasan kebebasan mereka, antara lain :
- Hadirnya Hotline “whistleblowing” yang didirikan Kementrian Dalam Negeri Prancis, untuk tujuan memerangi radikalisasi Islam. Dengan demikian, semua warga muslim di negara itu terindikasi sebagai calon potensial Radikal, meski tidak pernah berbuat apapun
- Salah satu organisasi non pemerintah (LSM) Komunitas Muslim terbesar di negara itu, yakni Collective Againts Islamphobia ditutup tahun lalu oleh Dewan Menteri Prancis
- Hadirnya Undang-Undang tentang Prinsip yang Memperkuat Penghormatan terhadap Prinsip-Prinsip Republik. UU ini disusun sebagai wadah campur tangan pemerintah untuk mengurusi kehidupan pribadi/sehari-hari umat muslim di negara tersebut
- Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin mengakui bahwa 92 dari 2.500 masjid di negara itu telah ditutup sejak September 2020
Selain keputusan konkret untuk mengintimidasi dan meminggirkan umat Muslim di Prancis, ada 2 isu penting lagi dimasa kepemimpinan Emmanuel Macron yang harus diketahui!
- Proyek Rekayasa Sosial, yang disebut ‘Islam Prancis’, yang mencerminkan pemahaman sekulerisme dari atas ke bawah. Proyek ini bertujuan untuk melemahkan nilai-nilai generasi Islam dan mengasimilasi umat Islam pada apa yang disebut sebagai kohesi sosial. Seperti pernyataan Macron baru-baru ini, bahwa “Islam perlu direstrukturisasi” dan “Islam sedang dalam krisis”
- Keinginan Macron, untuk mengembalikan popularitasnya yang tengah jatuh. Partai LREM yang merupakan Partai yang menjembatani Macron, kini telah kehilangan banyak suara, termasuk di kota-kota Besar. Seperti Lyon, Marseile dan Paris
Retorika Islamfobia, juga terus menerus disuarakan oleh ekstreimis sayap kanan pemerintahan Macron, seperti Marine Le Pen atau Eric Zemmour. Begitu juga berita pers nasional, yang sengaja menggiring isu Islamfobia , atas kehadiran muslim di negara itu sebagai ancaman. Pasca kasus Majalah Charlie Hebdo yang sering mengolok-olok Nabi Muhammad dalam berbagai karikatur, sepertinya Prancis tidak merasa bersalah dan mengakhiri perbuatannya. Sebaliknya berbagai kebijakan-kebijakan yang mendiskriminasikan Islam dan muslim, terus menerus dilakukan. Berbagai unjuk rasa, untuk boikot produk Prancis disejumlah negara muslim, juga seakan diabaikan!
Islamphobia Bukan Hal baru
Fakta ini, bukanlah sesuatu yang baru! Sebab Agenda Politik Global semacam ini, sebenarnya bukan hanya terjadi di Prancis. Tapi juga di Negara-Negara sekuler yang lain. Sejak masuknya Prancis ke Mesir pada 1798 disusul dengan Inggris pada 1802, telah terjadi banyak pembaruan-pembaruan kebijakan Politik ala Barat. Projek Islamfobia di Prancis, sangat mirip dengan projek deradikalisasi di sejumlah negeri muslim, termasuk Indonesia. Sejak jaman Belanda, projek pengkerdilan Islam ini telah berlangsung di bawah arahan Snouck Hurgronje. Arah pemikirannya sama, dimana Islam dan Umat Muslim, hanya boleh mengembangkan agama disisi ritual, jangan ikut campur pada sisi kebijakan pemerintahan. Mereka hanya dibutuhkan ketika suara mereka akan digunakan (pemilu), setelahnya? Biarkan mereka dengan ibadah private di Masjid-Masjid mereka!
Pada 2004, Daniel Pipes, Pendiri Middle East Forum, yang dikenal sebagai Dalang Gerakan Islamfobia, pernah menulis sebuah artikel berjudul, “Rand Corporation and Fixing Islam”. Disebutkan bahwa Pipes, memiliki Harapan untuk memodifikasi Islam, yang dikenal dengan misi Religious Building. Cheryl Benard dalam buku Civil Democratic Islam : Patner, Resources, Strategies menyebutkan bahwa misi ini adalah upada untuk membangun Islam alternatif (yang tunduk pada barat), jauh lebih menakutkan dibandingkan misi nation building.
Bagaimana Langkah yang Harus Dilakukan?
Umat Islam, haruslah terus waspada. Berbagai ide-ide, ajaran, paham baru yang keluar dari jalur Islam, maka tentu harus jauhi. Tentu, semua ini mengajak kita untuk belajar Islam lebih dalam dan benar! Agar tercegah dari berbagai fitnah-fitnah yang bertebaran di akhir zaman seperti saat ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu menyampaikan :
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“…. Dan barangsiapa yang hidup diantara kalian maka dia akan melihat perselisihan yang banyak sekali, maka berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru dalam agama karena itu kesesatan. Dan barangsiapa diantara kalian yang mendapatkan hal ini maka wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa ‘ar-rasyidin, gigitlah erat-erat dengan gigi geraham kalian….”. (HR Abu Dawud (4607). Tirmidzi (2676) dan Ibnu Majah (440) dan selain mereka)
Dibutuhkan pula dakwah yang masif dari para ulama, agar kita senantiasa memahami hal-hal yang baru. Aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar, juga harus selalu digalakkan. Dan tentu, perjuangan untuk mendapatkan pertolongan Allah, agar Islam dan umatnya diselamatkan dan keadilan sesuai Qur’an dan Sunnah kembali dapat ditegakkan. Wallahu ‘alam