Kajian Hadist

Jangan Hina Pemimpin

oleh : Ustadz Ahmad bin Mukhtar

زِيَادِ بْنِ كُسَيْبٍ الْعَدَوِيِّ قَالَ : كُنْتُ مَعَ أَبِي بَكْرَةَ تَحْتَ مِنْبَرِ ابْنِ عَامِرٍ وَهُوَ يَخْطُبُ وَعَلَيْهِ ثِيَابٌ رِقَاقٌ، فَقَالَ أَبُو بِلَالٍ : انْظُرُوا إِلَى أَمِيرِنَا يَلْبَسُ ثِيَابَ الْفُسَّاقِ. فَقَالَ أَبُو بَكْرَةَ : اسْكُتْ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ “.

Ziyad bin Kusaib Al-‘Adawi berkata, Aku bersama Abu Bakrah di bawah mimbar Ibnu ‘Amir saat ia berkhutbah, ia mengenakan baju tipis lalu Abu Bilal berkata, Lihatlah pemimpin kita mengenakan baju orang-orang fasik. Abu Bakrah berkata, Diamlah, aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa menghina pemimpin Allah di bumi, Allah akan menghinakannya.”

🔹Takhrij Hadits🔸
Dikeluarkan at-Tirmidziy dalam Sunan at-Tirmidziy (4/81) – Abwab al-Fitan ‘an RasuliLlaah ﷺ – no. 2224; dari Bundar, dari Abu Dawud, dari Humaid bin Mihran, dari Sa’ad bin Aus, dari Ziyad bin Kusaib al-‘Adawiy, dari Abu Bakrah Nufai’ bin al-Harits

🔸Kedudukan Hadits🔹
1⃣ Bundar dari thabaqat ke-10, dinilai ثقة oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 465), dan وثقه غير واحد oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/159).

2⃣ Abu Dawud dari thabaqat ke-9, dinilai ثقة حافظ oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 250), dan الحافظ oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 1/458).

3⃣ Humaid dari thabaqat ke-7, dinilai ثقة oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 182), dan ثقة oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 1/355).

4⃣ Sa’ad dari thabaqat ke-5, dinilai صدوق له أغاليط oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 230), ضعف oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 1/428), dan dicantumkan dalam ats-Tsiqot (6/377) oleh Ibn Hibban.

5⃣ Ziyad dari thabaqat ke-3, dinilai مقبول oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 220), وثق oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 1/412).

6⃣ Abu Bakrah dari Thabaqat ke-1, termasuk salah seorang sahabat Nabi (Taqrib at-Tahdzib, 565)

Isnad hadits ini hasan, Ziyad perawi yang diterima (مقبول), sebab terpenuhi 2 rukun:
(a)sedikit riwayat (قلة الحديث),
(b)tidak ada ketetapan yang pasti mengenai cacatnya perawi (عدم ثبوت ما يقتضي ضعفه).
at-Tirmirziy menilai


هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ

“ini hadits hasan gharib” (Sunan at-Tirmidziy, 4/81)

Maka ungkapan ini

تدل على أن الحديث في دائر القبول والاحتجاج

“menunjukkan bahwa hadits tersebut diterima dan dapat dijadikan hujjah”.

🔹Kandungan Hadits🔸
1⃣ Ibnu ‘Amir ialah Abdullah bin Amir bin Kuraiz bin Rabi’ah, hidup di zaman Nabi ﷺ yang merupakan Wali Bashrah di masa Khalifah Utsman bin Affan (Aridhah al-Ahwadziy, 9/69).

Wali di sini ialah

الشخص الذي يعينه الخليفة حاكما على ولاية من ولايات دولة الخلافة وأميرا عليها

“orang yang diangkat khalifah sebagai pejabat pemerintah di suatu wilayah dari wilayah Daulah Khilafah dan ia menjadi amir di wilayah tersebut” (Ajhizah Daulah Khilafah, 73)

2⃣ Abu Bilal dalam riwayat, kemungkinannya: (a)Abu Bilal Murdas bin Adiyyah (Siyar A’lam an-Nubala’, 11/310), tabi’in dan termasuk tokoh Khawarij (Lisan al-Mizan, 6/14); (b)Abu Bilal Abdul Mu’min bin Abi Syura’ah termasuk ahli Bashrah, belajar kepada Ibn Umar (ats-Tsiqat, 5/130).

Adz-Dzahabiy menyebutkan bahwa Abu Bilal ialah Murdas, sementara Ibn al-Arabiy al-Malikiy tidak menentukan mana yang tepat dari dua kemungkinan tersebut.

3⃣ Abu Bilal mengatakan


انْظُرُوا إِلَى أَمِيرِنَا يَلْبَسُ ثِيَابَ الْفُسَّاقِ

Abu Bilal mengakui bahwa Ibnu Amir ialah Wali Bashrah dalam Daulah Khilafah, ia katakan أَمِيرنَا , tapi ia berpendapat يَلْبَسُ ثِيَابَ الْفُسَّاقِ “Dia (Ibnu Amir) pakaian orang-orang fasik”.

pendapat ini disanggah oleh Abu Bakrah


اسْكُتْ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ “

Ungkapan اسْكُتْ ” Diamlah ” menunjukkan sanggahan Abu Bakrah pada sikap Abu Bilal yang memiliki pendapat keliru tapi disampaikan di tempat umum, dikatakan demikian karena Abu Bilal menyampaikan انْظُرُوا “Lihatlah oleh Kalian”.

Ini menunjukkan bahwa yang digunakan bukan pakaian yang haram. Karena sahabat Nabi akan menentang setiap pelanggaran syariat sekalipun dilakukan oleh penguasa.

Kekeliruan Abu Bilal bisa jadi terletak pada: (a)Tidak tepat dalam mengidentifikasi fakta atau keliru dalam mengkaitkan fakta dengan konsep madaniyyah (produk fisik) dalam Islam, (b)Menyampaikan pendapat yang prematur dan terburu-buru di tempat umum.

Perlu diketahui, rukun mengambil atau menggunakan produk fisik: (a)produk hasil dari ilmu dan teknologi (الناتجة عن العلم والصناعة); (b)tidak menyalahi (عدم المخالفة) ajaran Islam, yakni tidak haram menggunakannya.

4⃣ Abu Bakrah berdalil dengan hadits Nabi ﷺ


مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ

ketika menyanggah Abu Bilal, ini menunjukkan bahwa pendapat prematur, terburu-buru lagi keliru dalam menilai pemimpin, menurut Abu Bakrah bisa jadi masuk dalam ranah “menghina” pemimpin itu sendiri.

Redaksi أهان – يهين dengan mashdar إهانة, jika dikatakan أهَانَهُ أمَامَ النَّاسِ , maka maksudnya
اِسْتَخَفَّ بِهِ واحْتَقَرَهُ
“dia meremehkan dan merendahkannya”.

5⃣ Ungkapan سُلْطَانَ اللَّهِ فِي االْأَرْضِ disertai susunan idhafah (الإضافة), diidhafahkannya سلطان kepada ismul jalalah الله menunjukkan pengkhususan (تخصيص) atas penguasa (سلطان) ini dibanding penguasa-penguasa lain yang ada di muka bumi, karena سلطان ini memiliki kedudukan khusus yang menunjukkan kehormatannya. Ini menandakan bahwa idhafah di sini berfaedah تشريف (menunjukkan kehormatan).

Penguasa seperti apa yang termasuk pengkhususan سلطان الله di bumi (في الأرض) ? yakni penguasa yang akad pengangkatannya untuk menegakkan hukum Allah تعالى , mengelola bumi dan mengatur urusan masyarakat berdasarkan syariat Islam.

Dipahami bahwa kehormatan penguasa terletak pada keterikatannya dengan Allah تعالى dan syariat-Nya dalam mengelola bumi dan mengatur urusan masyarakat.

ﺇﻧﺎ ﻛﻨﺎ ﺃﺫﻝ ﻗﻮﻡ ﻓﺄﻋﺰﻧﺎ اﻟﻠﻪ ﺑﺎﻹﺳﻼﻡ ﻓﻤﻬﻤﺎ ﻧﻄﻠﺐ اﻟﻌﺰﺓ ﺑﻐﻴﺮ ﻣﺎ ﺃﻋﺰﻧﺎ اﻟﻠﻪ ﺑﻪ ﺃﺫﻟﻨﺎ اﻟﻠﻪ


“Kita dulu adalah kaum yang hina kemudian Allah تعالى memuliakan kita dengan Islam, maka apabila kita mencari kemuliaan dengan selain apa yang dengannya Allah تعالى muliakan kita (yakni: Islam) niscaya Allah تعالى akan menghinakan kita” (al-Mustadrak, 1/130)

WabiLlaahi at-taufiq wa al-hidayah []

 

Show More

Related Articles

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button