Real Hero

Kemuliaan Sang Ummul Mukminin, Khadijah Binti Khuwailid

oleh : Dedek Arnisah

Idemuslim.com, REAL HERO — “Seorang wanita berakal, cerdas, terjaga serta mulia di masa Jahiliyah sehingga mendapat julukan Ath-Thahirah (Wanita Suci). Wanita pertama yang beriman kepada Allah, wanita pertama yang sholat bersama Rasulullah, wanita pertama yang mendapat salam dari Allah, serta wanita yang mendapat kabar gembira Surga diantara istri-istri Rasulullah ﷺ. Dialah Khadijah r.a , Ummul Mukminin, pemimpin kaum wanita seluruh alam pada masanya, yang disinari dengan keimanan, kesucian, sikap menjaga diri, pengorbanan serta kesetiaan”.

Tentang Mimpi Khadijah

Setelah Khadijah Thawaf mengelilingi Ka’bah, Ia beranjak untuk beristirahat. Sebab kala itu langit telah gelap gulita karena bintang-bintang mulai terbenam. Ketika terlelap, Khadijah memimpikan matahari besar turun dari langit Mekah berada didalam rumahnya, memenuhi seluruh sisi rumah dengan cahaya dan keindahan.

Khadijah pun terbangun dan menatap sekililing dengan heran dan ternyata malam masih menutupi dunia. Namun cahaya yang menyilaukan masih bersinar di jiwa Khadijah.

Khadijah menceritakan mimpinya kepada sepupunya Waraqah Bin Naufal, agar beliau dapat menafsirkan mimpi indahnya. Waraqah mendengar penuturan Khadijah dengan penuh perhatian, kemudian wajahnya berbinar, senyum senang pun terlukis dikedua bibirnya. Waraqah berkata: “Bergembiralah wahai saudara sepupuku! Jika Allah membenarkan mimpimu, cahaya Nubuwah akan masuk kedalam rumahmu, dan darisana cahaya penutup para Nabi akan memancar”.

Khadijah terdiam, tubuhnya gemetar, perasaan-perasaan penuh angan, rahmat dan harapan meluap didadanya. Sejak saat itu Khadijah menjalani hidup diatas harapan dan aroma wangi mimpi yang Ia alami.

Pernikahan Yang Diberkahi

Khadijah binti Khuwailid adalah seorang saudagar wanita yang memiliki kemuliaan dan harta. Ia biasa menyewa jasa sejumlah lelaki untuk memperdagangkan harta miliknya. Mendengar kabar dan kejujuran dan kemuliaan Muhammad ﷺ, Khadijah pun mengirim utusan untuk menawarkan harta miliknya agar diperdagangkan ke Syam.

Muhammad ﷺ pun menerima tawaran Khadijah. Beliau memperdagangkan dagangan Khadijah ditemani oleh budak Khadijah yang bernama Maisaroh.

Ketika dalam perjalanan, Muhammad ﷺ beristirahat dibawah naungan pohon. Seorang Rahib melihat Maisaroh dan bertanya kepadanya, “Siapa lelaki yang beristirahat dibawah pohon itu?” Maisaroh menjawab “Dia orang Quraisy dari penduduk tanah Haram”. Si Rahib kemudian berkata, “Tidak ada seorangpun yang istirahat dibawah pohon itu selain Nabi”.

Muhammad ﷺ menjual barang dagangan dan mendapatkan keuntungan yang banyak. Diperjalanan pulang menuju Mekah, Maisaroh melihat dua Malaikat yang senantiasa menaungi Muhammad ﷺ dari panas yang sangat terik.

Maisaroh menceritakan kepada Khadijah kejadian yang Ia saksikan ketika mendampingi Muhammad ﷺ berdagang ke Syam. Khadijah pun terus memikirkan penuturan dari sepupunya, Waraqah Bin Naufal. Bahwa Muhammad ﷺ adalah Nabi umat ini dan mimpi matahari turun dari langit Mekah lalu masuk kerumahnya. Khadijah pun berharap menjadi istrinya.

Akhirnya dia menceritakan keinginan hatinya kepadaNafisah Binti Munayyah, yang kemudian bergegas menemui Muhammad ﷺ dan meminta kesediaan beliau untuk menikahi Khadijah. Beliau pun menyetujuinya dan menceritakan hal tersebut kepada pamannya. Kemudian mereka mendatangi paman Khadijah untuk melamar ponakannya. Setelah itu pernikahan mereka berlangsung yang dihadiri oleh Bani Hasyim dan para pemimpin Mudhar.

Kebijaksanaan dan Kekuatan Akal Khadijah

Ketika banyak lelaki kaya dan terhormat berlomba mendapatinya, namun Khadijah selalu menolak. Justru Ia memilih Muhammad ﷺ sebagai suami yang kala itu miskin. Namun dengan kebijaksanaan dan kekuatan akal, Ia tahu bahwa kejantanan sempurna, kemuliaan sifat, kesatria dan watak yang lurus tidak berada dalam kekayaan materi, karena semua itu akan lenyap.

Khadijah adalah seorang istri dan sandaran terbaik. Kekuatan akal dan kecerdasannya mendorong untuk beriman kepada apa yang disampaikan Muhammad ﷺ, serta mengikuti segala perilaku dan ketaatan.

Kebahagiaan Berkibar Diatas Rumah Paling Agung

Kebahagiaan berkibar diatas rumah Khadijah, karena Ia mendapatkan Al-Amin, Muhammad ﷺ sebagai suami terbaik, lembut, serta sempurna kasih sayangnya. Khadijah begitu mencintai suaminya hingga menguasai seluruh emosi dan perasaannya.

Khadijah mempersiapkan seluruh kenyamanan dan kenikmatan untuk Muhammad ﷺ. Khadijah selalu memenuhi keinginan beliau dengan jiwa berbinar senang, rela hati dan murah tangan, Khadijah sama sekali tidak pelit dengan harta yang Ia miliki. Bahkan Ia juga mencintai orang yang dicintai suaminya dengan selalu memuliakannya.

Cinta Muhammad ﷺ tercurah kepada Zaid bin Haritsah yang dibeli Hakim bin Hizam dari pasar Ukazh, lalu Ia hibahkan kepada bibinya, Khadijah. Khadijah menyadari cinta seorang ayah ini, lalu Ia hibahkan Zaid kepada beliau. Setelah itu beliau memerdekakan Zaid.

Begitu juga ketika Halima As Sa’diyah mengunjungi Muhammad ﷺ, Ia menceritakan kondisi sulit yang dialaminya dan juga kaumnya. Khadijah pun tersentuh hatinya. Dengan rela Ia memberi 40 ekor kambing dan 1 ekor unta berisi air. Begitulah Khadijah yang selalu siap menyenangkan hati suaminya.

Ibnu Abbas menuturkan tentang anak-anak Rasulullah ﷺ dari Khadijah, Ia berkata “Khadijah melahirkan 2 anak lelaki dan 4 anak perempuan untuk Rasulullah  . Qasim, Abdullah, Fatimah, Ummu Kultsum, Zainab, dan Ruqayah”. Adapun Ibrahim dai berasal dari Maria Al Qibthiyah. Semua anak lelaki beliau meninggal sewaktu kecil. Sementara anak-anak perempuan beliau, mereka semua meninggal tatkala Nabi masih hidup, kecuali Fatimah meninggal dunia 6 bulan setelah Nabi wafat.

Khadijah adalah istri teladan. Beliau ahli ibadah dan zuhud yang hati dan seluruh tubuhnya bergantung kepada Allah ﷻ . Dari rumah tangga yang diberkahi ini Fatimah lahir. Sosok yang berikutnya menjadi pemimpin kaum wanita penghuni Surga, ibu Hasan dan Husain dua pemimpin para pemuda penghuni Surga, serta istri salah satu diantara 10 sahabat yang dijamin Surga.

Lisan Khadijah yang Menenangkan Jiwa

Setiap tahun, Muhammad ﷺ meninggalkan Mekah untuk menghabiskan bulan Ramadhan di Gua Hira. Ketenangan menyeluruh dan menghanyutkan mulai terasa di puncak nan tinggi dan jauh ini. Dari puncak gunung Hira, sebuah jiwa besar memandang berbagai fitnah, gejolak, perlakuan semena-mena dan kehancuran dunia.

Di Gua Hira Muhammad ﷺ beribadah, membersihkan hati, mendekati kebenaran. Hingga akhirnya cahaya api bersinar terang disisi lembah yang diberkahi. Kala mendekti api itu, tiba-tiba panggilan suci memenuhi pendengaran dan menyela kedalam seluruh perasaannya. Secercah cahaya melampaui lorong, muncul disisi-sisi gua. Ditengah situasi mencengangkan dan menyilaukan, tiba-tiba Muhammad ﷺ mendengar suara Malaikat yang berkata kepadanya, “Bacalah” Beliau menjawab “Aku tidak bisa membaca”. Perintah dan jawaban terjadi berulang-ulang, hingga seteah itu ayat-ayat pertama Alqur’an berikut mengalir.

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Mulia. Yang mengajarkan manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S Al Alaq 1-5)

Muhammad ﷺ kemudian pulang membawa wahyu ini dengan sekujur tubuh mengigil, hingga menemui Khadijah lalu berkata, “Selimutilah aku, Selimutilah Aku!” Khadijah menyelimuti beliau hingga rasa takutnya hilang. Setelah itu beliau berkata kepada Khadijah. “Wahai Khadijah, kenapa aku ini?” beliau menceritakan apa yang terjadi , kemudian berkata “Aku mengkhawatirkan diriku”. Khadijah berkata: “Gembiralah dan tegarlah, wahai putra paman, demi dzat yang menguasai diri Khadijah, sungguh aku benar-benar berharap bahwa engkaulah Nabi yang ditunggu-tunggu umat ini”.

Sikap yang ditunjukkan Khadijah kepada beliau adalah sikap amat mulia yang perlu dipuji dari seorang wanita dikalangan terdahulu maupun kemudian. Ia menenangkan beliau dikala resah, melegakan dikala lelah, menegaskan kepada beliau bahwa orang-orang baik seperti beliau takkan pernah terhina. Berkat pandangan nan kuat dan hati yang baik ini, Khadijah mendapat salam dari Rabb seluruh alam. Allah mengirimkan salam kepadanya melalui Ar Ruhul Amin (Jibril as).

Senantiasa mendukung Nabi dalam Dakwah

Khadijah mengetahui gangguan dan penghinaan yang dihadapi sang kekasih, Rasulullah ﷺ. Ia membantu meneguhkan hati dan meringankan beban berat dari perilaku kaum Quraisy yang beliau rasakan. Atas sikapnya ini, Khadijah menjadi teladan bagi setiap muslimah yang bersuami seorang Dai, untuk meredakan ujian-ujian yang dihadapi, menghilangkan keletihan, serta meringankan kesulitan. Dengan ini Khadijah mendapatkan kedudukan sebagai salah satu pemimpin para wanita penghuni Surga.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ia berkata Rasulullah ﷺ bersabda: “Para pemimpin wanita penhuni Surga setelah Maryam Binti Imran adalah Fatimah, Khadijah, dan Asiyah istri Fir’aun”.

Tahun Kesedihan

Dikala kaum Muslimin sedikit bernafas lega dari kesulitan yang mereka hadapi, tiba-tiba Rasulullah ﷺ dirundung musibah kematian sang istri, Khadijah. Lalu disusul paman beliau, Abu Thalib. Selama 25 tahun Khadijah menghabiskan waktu untuk mendampingi Rasulullah ﷺ, sebagai seorang istri bijak dan berakal yang tak pernah kikir dengan apapun demi meraih ridhi Allah ﷻ. Maka pantaslah Ia mendapat kabar gembira dengan Surga.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ia berkata, Jibril datang kepada Rasulullah ﷺ lalu berkata, “Wahai Rasulullah, Khadijah akan datang membawa wadah berisi makanan, atau lauk atau minuman. Jika dia sudah tiba nanti, sampaikan salam Rabbnya kepadanya, juga dariku. Dan sampaikan kabar gembira kepadanya sebuah rumah di Surga dari mutiara cekung, tiada kegaduhan dan keletihan didalamnya”.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button