Ketika Engkau Tidak Layak, Mudah Bagi Allah Menggantikanmu!
Oleh : Abdullah Efendy, S.Pd., CLMQ

Idemuslim.com, MILLENIAL TALK — Kekuasaan, kerap memberikan kesan tangan besi bagi kebanyakan manusia. Terlebih ketika kekuasaan, tidak dibarengi ketakwaan, maka sangat riskan menyulut kedzohilman, yang berbuah kemaksiatan. Pemimpin, dalam terminologi Islam, adalah perpanjangan tangan Allah. Ia diberi kekuasaan, untuk menjalankan tugas sebagai pengurus manusia, bukan seakan menjelma menjadi Pencipta manusia. Ketika engkau tidak layak, maka mudah bagi Allah menggantikanmu.
Contohnya sangat banyak, sebut saja yang tercatat dalam Al-Qur’an. Kisah Namrud dan Firaun. Namrud, Allah cabut kuasanya hanya dengan mengirimkan seekor hamba-Nya bernama nyamuk, yang masuk kedalam hidung dan menyusup kedalam kepala Namrud. Walhasil, Namrud bahkan tidak sanggup menahan nyamuk, dan memukul kepala sendiri hingga dia mati.
Firaun, juga tak kalah tragis. Dilipat oleh Allah dengan air, sehingga ia dan bala tentaranya tersedak, kesusahan bernafas hingga tewas didalam laut. Lihatlah, betapa mudah bagi Allah! Sayangnya, kehidupan itu layaknya pohon pisang. Tak mungkin berbuah dua kali! Sekali ajal telah sampai, maka tak bisa diundur, tak bisa disangkal, diperpanjang atau bahkan diamandemen. Kepemimpinannya selama hidup harus ia pertanggung jawabkan di pengadilan ter-adil, yakni pengadilan Allah
كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌ
Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya, (QS. Al-Muddassir: 38)
Telah banyak Allah Ta’ala berikan kesempatan manusia memimpin. Baik memimpin keluarga atau memimpin masyarakat. Seorang Kepala Desa, memimpin warganya. Seorang Guru memimpin siswanya, seorang Dosen memimpin mahasiswa, seorang rektor memimpin kampus, seorang presiden memimpin rakyat
Baca Juga :
- Telaah Fakta Akhir Zaman & Solusi Islam
- Kisah Hijrah Total Mantan Begal
- Panggilan Terindah Dari Dzat yang Maha Indah!
Konsekuensi kepemimpinan itu berat, hingga Umar bin Abdul Aziz berucap innalillahi wa inna ilaihi rojiun, tatkala diangkat sebagai khalifah. Sebab ia tau, bahwa yang paling berat hisabnya adalah pemimpin! Yang paling lama dan banyak bebannya ialah pemimpin!
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah ada seseorang hamba yang Allah beri kepercayaan untuk memimpin, kemudian pada saat matinya dia berada dalam (keadaan) melakukan penipuan terhadap rakyatnya kecuali akan diharamkan atasnya untuk masuk surga.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kekhawatiran tentang amanah pemimpin, bahkan membuat beliau terisak tangis dan menyembunyikan wajahnya dengan kedua lututnya. Menjalani kepemimpinan tanpa kesadaran Allah sedang mengujimu, justru kadang membuat kita merasa Allah sedang menyanjungmu dengan amanah yang Dia beri tersebut
Sahabat, kepemimpinan itu tidak boleh berdasar asas manfaat, apalagi berasaskan aji mumpung! Aji mumpung duduk di DPR, yuk korupsi! Aji Mumpung jadi kepala Desa, yuk ambil dana warga. Aji mumpung jadi Dosen, yuk bebani siswa dengan wajib membeli buku karya saya! Tidaklah begitu!
Kepemimpinan itu bagi saya adalah kesempatan untuk mengabdi, bukan hutang budi. Selagi mendapat amanah, maka pastikan engkau adil! Pastikan engkau bersikap netral dan tentunya menjalankannya dengan tuntunan Kitabullah dan Sunnah Rasulillah shalallahu ‘alaihi wa sallam!