Real Hero

Khalid bin Walid, Pedang Allah ﷻ Yang Terhunus

oleh : Dedek Arnisah

Idemuslim.com, REAL HERO — Siapa yang tak kenal dengan “Pedangnya Allah ﷻ yang selalu terhunus?” Seorang yang dahulunya kejam, yang selalu menggetarkan kaum muslimin dalam peperangan. Pembunuh yang membinasakan, meluluhlantahkan tanpa ampunan, siapa sangka kinii menjadi salah seorang yang dimuliakan?

Dialah Khalid bin Al Walid. Sejak cahaya Islam menyentuh hatinya, darah seorang pejuang kian mengental untuk membela pasukan Islam. Berawal dari perang Mut’ah, beliau dipercaya untuk mengambil alih pimpinan perang setelah syahidnya panglima perang yang diangkat oleh Rasulullah ﷺ, yaitu Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abu Tholib dan Abdullah bin Rawahah.

Khalid memegang kepemimpinan setelah kondisi pertempuran terakhir telah memprihatinkan. Banyak pasukan Islam yang berjatuhan, sedangkan tentara Romawi terus membanjiri medan perang. Dengan pandangan yang tajam, mengamati medan pertempuran. Mengatur rencana dan membagi tugas, melangkah dengan cepat hingga kemenangan didapat. Berkat keberanian dan kecerdikannya, Rasulullah ﷺ menganugerahkannya gelar “Si pedang Allah ﷻ  yang selalu terhunus”

Khalid selalu berada disamping Rasulullah ﷺ untuk mengerah seluruh tenaga dan kemampuannya untuk berbakti kepada Allah ﷻ dan Rasulnya.

Setelah Rasulullah ﷺ  wafat, Abu Bakar Ash-Siddiq memikul tanggung jawab Kekhalifahan. Badai kemurtadan bertiup kencang menghancurkan agama Islam dengan propaganda yang membinasakan. Kabilah-kabilah yang selama ini ingin membalas dendam terhadap Islam, kini mendapat kesempatan untuk memberontak serta menyebarkan berbagai fitnah.

Api fitnah yang berkobar dikalangan suku Asad, Ghathafan, Abas, Thayyi’ dan Dzibyan. Kemudian menjalar ke kabilah-kabilah Bani Amir, Hawazin, Salim dan Bani Tamim. Pertempuran besar itu didukung oleh penduduk Bahrain, Oman, dan Muhrah.

Pertempuran pun terjadi. Abu Bakar sendiri yang memimpin pasukan muslim dengan hebat dan mencatat kemenangan besar dan mantap. Pertempuran berikutnya terjadi. Ketika Abu Bakar ingin memimpin pasukan, para sahabat memaksa dan menahannya untuk tetap tinggal di Madinah.

Sang Khalifah terpaksa menerima untuk tetap di Madinah dan mengangkat Khalid bin Al Walid sebagai komandan tertinggi dalam memimpin perang. Khalifah berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah   bersabda, bahwa sebaik-baik hamba Allah ﷻ  dan kawan sepergaulan, ialah Khalid bin Al Walid, sebilah pedang diantara pedang-pedang Allah  yang ditebaskan kepada orang-orang kafir dan munafik.”

Khalid segera menjalankan tugasnya, dari pertempuran ke pertempuran lain, dari satu kemenangan ke kemenangan berikutnya hingga pada pertempuran Yamamah. Bani Hanifah bersama dengan kabilahnya yang dikepalai oleh Musailamah Al Kadzdzab membentuk persekutuan tentara murtad yang kuat hingga sulit terkalahkan.

Khalid dengan ketajaman dan kecerdasan akalnya, mengatur strategi, menggemakan tahlil dan takbir mengobarkan kembali semangat, sehingga prajurit-prajurit Musailamah mulai roboh berjatuhan. Pertempuran yang menegangkan terus berlangsung hingga Musailamah tewas dan Islam mendapat kemenangan.

Masih banyak kemenangan lain ketika pertempuran dipimpin oleh Khalid. Sebagaimana yang terjadi di Iraq maupun Syiria, yang mampu meruntuhkan peradaban-peradaban kuno yang kejam, kerajaan Persia dan Romawi pun takluk dalam strateginya.

Khalid bin Al Walid seorang penawar kecemasan, pembasmi kesombongan, kedurhakaan, permusuhan, dan pedang Allah ﷻ yang terhunus akan menebas setiap perselisihan, kebencian serta kemusyrikan.

Sewaktu Ia meninggal dunia, Umar beserta para sahabat sangat bersedih. Inilah waktu bagi Khalid beristirahat. Sebab sebelumnya Ia tidak pernah beristirahat dalam memerangi musuh. Sehingga sahabatnya berkata bahwa “Khalid adalah orang yang tidak pernah tidur dan tidak membiarkan orang lain tidur.”

  Khalid pernah berkata, “Tidaklah suatu malam yang didalamnya aku dihadiahi pengantin atau dikaruniai bayi itu lebih aku sukai daripada malam yang sangat menegangkan saat aku berada dalam ekspedisi tentara Muhajirin dan menemui pagi bersama mereka menggempur kaum musyrikin.”

Sorang pahlawan perang yang hatinya risau bila mati diatas tempat tidurnya. Sebab sumur hidupnya Ia habiskan untuk pertempuran, hingga tubuhnya dipenuhi dengan tebasan pedang, tusukan tombak, serta tancapan panah. Bersama dengan kuda dan kilatan pedangnya Ia pernah berperang bersama Rasulullah ﷺ, membasmi kaum murtad, hingga membumiratakan takhta kerajaan Persia dan Romawi.

Ibu dari sang pahlawan melepas sang putra dengan kata-kata,

“Engkau lebih baik daripada jutaan orang

Karena engkau berhasil membuat wajah mereka tunduk

Soal keberanian, Engkau lebih berani daripada singa betina yang sedang megamuk melindungi anaknya

Soal kedermawanan, Engkau lebih dermawan daripada air yang megalir deras

Yang terjun dari celah bukit curam ke lembah”

Umar beserta para sahabat semakin bersedih, air mata jatuh berderai, lalu berkata “Engkau benar, demi Allah ﷻ  Ia memang seperti itu.”

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button