Muslim Youth

Mempersiapkan Pemuda Muslim Tangguh di Masa Depan

oleh : Abdullah Efendy, S.Pd., CLMQ⁣

Idemuslim.com, MUSLIM YOUTH — Betapa banyak  pemuda muslim yang berusia 20 tahun, namun mengalami unconfidence dalam menatap masa depan. Mereka merasa takut dengan berbagai ketertinggalan, saat melihat perubahan dunia yang begitu cepat, sekejap mata. Layaknya pemeo “anak kecil bisa apa!’ membayang-bayangi setiap jejak harinya. Akibatnya, generasi rebahan ini, lebih suka menghabiskan waktu tik-tokan, nonton drakor, nge-prank sana-sini, tanpa pernah menyadari bahwa dunia sedang nge-prank mereka agar hancur tak bersisa.⁣

Kapitalisme dengan berbagai produknya, menyasar anak-anak muda ini dengan slogan outfit, trendy, freedom dan hedon. Pendidikan yang berasas sekulerisme, membentuk mereka dengan kompetisi mobile legend, ketimbang kompetisi penguasaan Al-Qur’an. Pemerintah yang fokus pada kerja, kerja, kerja, mempersiapkan mereka menjadi hamba koorporasi, melupakan fokus utama mereka sebagai hamba Tuhan. Para orang tua, juga dituntut berjibaku dengan persaingan dunia kerja dan usaha, sehingga tak menyisakan waktu menjalankan fungsi sebagai pendidik. Ditengah kondisi yang serba tak tentu ini, tidak sedikit pemuda yang akhirnya mengidap personality disorder karena pola didik yang salah sedari kecil. ⁣

PERAN MENDIDIK DALAM ISLAM⁣

Pandangan ideal dalam mendidik, tentu bukan sekedar memberi tahu, tapi juga membangun kepribadian dengan cara mencontohkan. Rasulullah ﷺ sebagai utusan Allah Ta’ala, tidak hanya menyampaikan wahyu berupa nash Qur’an dan Sunnah. Namun beliau mencontohkannya dengan baik, dengan sempurna. Contoh dalam perkara sholat, Rasulullah ﷺ bersabda :⁣

صَلُّوا كَمَا رَأَيتُمُنِي أُصَلِي⁣

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan Muslim no. 1533)

Begitupun dalam perkara lain, semisal wudhu, berpuasa, umrah & haji, hingga berjihad sekalipun. Balances antara wahyu (Qur’an & sunnah) dengan perbuatan Rasulullah ﷺ menjadikan beliau sebagai uswah & qudwah. Semua itu diajarkan oleh Rasulullah ﷺ kepada para sahabat dan segenap kaum muslimin hingga hari ini. Itulah mengapa dalam terminologi ushul fiqh, semua yang disandarkan pada Rasulullah, yakni fi’li (perbuatan), qauli (ucapan) dan taqriri (sikap) beliau adalah bagian dari sunnah! ⁣

Para ulama salaf, juga mencontohkan hal serupa. Lihatlah bagaimana para orang tua terdahulu menitipkan anaknya untuk belajar kepada para ‘alim dan mujtahid, dengan harapan sang anak memperoleh kepribadian Islam (syaksiyah islamiyah) yang paripurna. Semenjak usia tamyiz ( 7 tahun keatas) anak-anak sudah mulai diajarkan tentang bertauhid kepada Allah, adab, memahami baik dan buruk, hormat pada orang tua, guru, dan sebagainya. Hal ini tentu didukung pula dengan regulasi penguasa disaat itu, dengan memberikan pendidikan cuma-cuma, dengan fasilitas yang sangat nyaman bagi para pelajar. ⁣

Kerjasama yang solid dan keterkaitan antara negara, masyarakat dan orang tua, didukung dengan sekolah adalah solusi paripurna untuk menciptakan pemuda tangguh layaknya Imam Syafi’i Rahimahullah, Imam Nawawi Rahimahullah, Imam Al Hafidz Ibnu Katsir Rahimahullah, Imam Bukhori atau cendikiawan muslim semisal al-Zahrawi, Ibnu Firnas, Al Khawarizmi, dan lainnya! Tentu semua itu tidak akan bisa diperoleh, tanpa terlebih dahulu memahami tugas mendidik adalah tugas bersama!⁣

TANTANGAN MENDIDIK ANAK JAMAN NOW⁣

Pertanyaan dan kekhawatiran besar justru tiba disaat kita sekarang. PR bagi para orang tua akan kualitas pendidikan anaknya, layaknya momok menakutkan. Tentu, kekhawatiran ini hanyalah bagi orang tua yang paham, tentang urgensi anak sebagai qurrata a’yun! Lalu bagaimana cara terbaik menghadapi tantangan ini? apakah kita akan kehilangan generasi khoiru ummah di masa depan?⁣

Jawabannya, adalah kembali pada konsep pendidikan Islam yang hakiki. Pendidikan Islam, yang menstandarkan akidah Islam sebagai asas pendidikan bagi anak. Pemikiran Islam dan Kepribadian Islam, sebagai tujuan yang harus dimiliki setiap pemuda. Islam memandang, bahwa kematangan seorang pemuda, tidak hanya dilihat dari segi kematangan seksual. Dengan ciri-ciri ihtilam (mimpi basah) pada anak lelaki, dan menstruasi pada anak perempuan. Kematangan seorang pemuda muslim, yang utama ditandai dengan ketundukannya dengan hukum Allah yang dibawa Rasulullah ﷺ. ⁣

Pemuda muslim yang tangguh, diidentifikasi dengan melihat apa yang menjadi problem solver-nya ketika mendapati masalah. Apakah dia akan menjadikan Qur’an dan sunnah sebagai rujukan? Atau justru memilih teori hermeneutika orang-orang liberal sebagai rujukan? Menyambut seorang anak bayi yang telah lahir, harus dibarengi kesadaran untuk memberikan pendidikan yang terbaik baginya dimasa depan. Bagi para orang tua, teruslah belajar mendidik sesuai pola pendidikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan didiklah dengan kesabaran, keikhlasan dan kedekatan kepada Allah. Berikan sekolah yang mengajarkan ananda akan islam yang benar, pilihkanlah lingkungan yang sanggup membentenginya dari degradasi moral. Dan tentu, point terpenting juga peran negara untuk memberikan hak rakyat, dengan kesadaran bahwa mereka adalah hamba Allah yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Wallahu ‘alam []

 

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button