Mendudukan Konsep Rezeki Dalam Islam

Oleh : Nova Irwan, S.Si. M.Pd
Idemuslim.com, ENTERPRENEURSHIP — Konsep rezeki dalam islam begitu sempurna hingga mampu menjadi solusi ekonomi umat islam. Namun jika salah memahaminya dapat menyebabkan umat melakukan amal salah dalam menjemput rezeki dari Allah Ta’ala.
Al Qur’an telah menyampaikan kepada umat islam bahwa rezeki itu bisa diperoleh dengan bekerja atau tanpa bekerja, bisa diperoleh dari arah yang terduga dan dari arah yang tidak terduga-duga. Namun yang pasti syariat mewajibkan laki-laki untuk mencari nafkah (bekerja).

Rezeki yang diberikan Allah Ta’ala banyak macamnya; seperti kesehatan, nikmat akal, nikmat naluri, nikmat kesempurnaan sistem organ dan berfungsi dengan baik, dan tidak kalah pentingnya adalah rezeki berbentuk alat tukar seperti uang. Pada tulisan ini dibatasi pembahasannya pada uang. Hendaknya seorang muslim memiliki cita-cita ingin berbenghasilan berapa dalam sebulan. Seorang muslim harus memiliki rencana untuk kehidupannya sehingga hidupnya jelas dan terarah. Gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan.
Manusia dianjurkan memiliki cita-cita atau azam yang kuat dengan niat yang ikhlas . Allah Ta’ala berfirman :
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ
Apabila engkau telah membulatkan tekat (berazam), maka bertawakkallah kepada Allah (TQS Ali Imran : 159)
Berangkat dari ayat ini harus ditetapkan dulu ingin berpenghasilan berapa/bulan. Harus dilist terlebih dahulu berapa banyak kebutuhan untuk keluarga; misal kebutuhan sekolah anak, kebutuhan makan sehari-hari suami istri dan anak-anak, kebutuhan transportasi, sedekah, silaturahim ke sanak keluarga, serta lainnya. Jika diperoleh nilainya lebih besar dari pemasukan, berarti seorang ayah harus mengubah caranya mencari nafkah dikarenakan kondisi finansialnya sedang sakit. Ayah wajib mau berubah karena Allah tidak akan mengubah kedaan suatu kaum sebelum kaum itu mengubah keadaannya sendiri (TQS Ar Ra’d : 11). Ayah harus merubah amal hariannya dalam menjemput rezeki dari Allah Ta’ala dan Ayah juga harus mengubah pemahamanya menjadi pemahaman yang benar terkait rezeki dan cara menjemputnya di samping amal yang juga harus diubah.

Sebelum dan setelah azam ditetapkan seorang muslim wajib bertawakkal kepasa Allah Ta’ala. Karena Tawakkal ini berada dalam qalbu (pemikiran dan perasaan/hati) dan hal yang wajib di Imani oleh umat islam. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Surah Al-Asr bahwa manusia yang beruntung adalah manusia yang beriman dan beramal sholeh. Dengan demikian ada 2 (dua) hal yang harus didudukkan terlebih dahulu yaitu iman/aqidah dan amal sholeh/syariah. Terkait rezeki seorang muslim harus tuntas terlebih dahulu dalam akalnya tentang iman dan siap untuk beramal sholeh atau bertindak dengan cerdas dan ikhlas.
Hadis Rasullulah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang tawakkal; riwayat at-Tirmidzi disebutkan, pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ada seorang laki-laki ingin meninggalkan untanya di depan masjid tanpa diikat, dengan alasan ia bertawakal kepada Allah Ta’ala. Ketika hal itu diketahui Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengatakan, “Ikatlah untamu lebih dahulu, kemudian bertawakal.”
Baca Juga :
- Inilah 5 Prinsip dalam Ekonomi Islam, Pengusaha Muslim Wajib Tau!
- Mindset Muslim Milyuner, Carilah Harta yang Abadi
- Pengusaha Muslim ini, Sukses Merambah Pasar Coffee hingga ke Pulau Jawa!
Setiap muslim wajib bertawakkal kepada Allah sepanjang waktu. Mengutip dari hadis diatas, seorang muslim harus bertawakkal kepada Allah Ta’ala sebelum dan sesudah mengikat unta. Dalam pejalanan tawakkal tersebut harus ada amal sholeh yang menjadi sebab azam terwujud. Jika kita kaitkan dengan rezeki, misal seorang ayah tadi sudah menetapkan kebutuhan per/bulan 10 juta, dan berazam mendapatkan penghasilan > dari 10 juta katakanlah 11 juta. Ayah tersebut wajib bekata dalam hatinya “Ya Allah sekarang penghasilan saya tidak sampai 11 juta, hanya 4 juta, sedangkan kebutahan/ bulan saya 10 juta, maka kuserahkan urusan ini pada-Mu ya Allah dengan sepenuh penyerahan, kupasrahkan kepadaMu, Engkau yang mendatangkan rezeki dari arah tidak terduga jika kami bertakwa, engkau yang mencukupkan rezeki jika kami bertawakkal.” Selanjutnya aktivitas “mengikat unta” ini maknanya adalah amal sholeh. Dalam hadis di atas tidak cukup hanya tawakkal sepanjang waktu agar untanya aman. Tapi juga didalam tawakkal itu harus ada amal sholeh berupa mengikat unta.
Pada kasus rezeki juga tidak cukup tawakkal sepanjang waktu tetapi di dalamnya juga harus ada amal sholeh. Amal sholeh dalam menjemput rezeki adalah bekerja yang sifatnya wajib. Tawakkal perkara iman dan bekerja perkara amal sholeh. Tidak boleh hanya sebelah, bekerja saja tanpa Iman rezeki dari Allah dan tanpa tawakkal. Tidak boleh juga Bertawakkal saja tanpa Bekerja.
Selanjutnya adalah analisis amal sholeh atau pekerjaan yang dapat mendatangkan penghasilan / bulan sebesar 11 juta. Harus dilist dulu potensi penghasilan setiap pekerjaan. Sehingga diketahui pilihan-pilihan pekerjaan yang dapat mendatangkan 11 juta. Sebagai contoh menjadi guru di sekolah yang biasa saja, apakah mungkin mendatangkan penghasilan 11 jt per bulan, jawabannya Tidak. Menajdi guru di sekolah elit? Masih belum. Menjadi dosen di kampus swasta? Menjadi dosen di kampus negeri? Menjadi pekerja bangunan? Menjadi pemborong? dan lain sebagainya. Silahkan dilist dan dipilih.
Berikut ini ditampilkan pembagian ranah iman dan amal sholeh dalam menjemput rezeki dari Allah Ta’ala.

Hendaknya dilakukan evaluasi apakah sudah tepat ranah imannya, dan apakah sudah tepat amalannya. InsyaAllah jika amalan pada table di atas dilaksanakan dengan baik, tidak ada lagi umat yang miskin kekurangan harta dan uang. Seorang muslim harus kuat imannya, rajin amalnya. Semoga bermanfaat []