InternasionalPendidikan Islam

Mesir, Negeri berlimpah Ilmu

Oleh : Zahara Amalia

Idemuslim.com, PENDIDIKAN ISLAM — Mesir, negeri penuh dengan peradaban. Lihat saja Pyramid, Sphinx, dan lainya. Ini adalah bukti bahwa Bangsa Mesir pernah menjadi bangsa yang paling maju. Hati siapa yang tak bahagia menginjakkan kaki di ardul kinanah, sekaligus negeri para Nabi ini. Banyak saksi sejarah ada di negeri ini.

Sebenarnya julukan untuk mesir sendiri cukup banyak. Seperti ardul kinaanah, Ummu Ad-Duniya, negeri seribu menara, ardul anbiya’. Ardul kinanah maksudnya adalah bumi yang menyimpan banyak anak panah. Kinanah dalam bahasa arab memiliki banyak makna, yaitu tempat yang digunakan untuk menyimpan busur panah, atau juga bisa bermakna penjagaan, yakni tanah yang dijaga oleh Allah Ta’ala.

Diibaratkan bumi tempat ‘simpanan’ anak panah, yang tidak pernah berhenti melahirkan banyak para ulama untuk disebarkan di setiap penjuru dunia. Seperti Imam Jalaluddin As-Suyuthi, pemilik kitab Tafsir Al-Jalalain, kitab tafsir ini beliau tulis dalam rangka meneruskan tulisan Imam Jalaluddin Al-Mahalli, kitab ini begitu masyhur di kalangan umat muslim.

Rekomendasi yang tepat bila mesir menjadi pusat rujukan ilmu akhirat. Sebab memang banyak sekali fan ilmu yang ada di dalamnya. Di Mesir, kampus yang menjadi buruan mahasiswa dari berbagai negara adalah adalah Universitas Al Azhar. Ungkapan yang masyhur untuk mengungkapkan kehebatan ilmu di al azhar  “Kiblat ibadah kaum muslim adalah Makkah, dan kiblat ilmu kaum muslim adalah Al Azhar.”

Sebagaimana yang diketahui Universitas Al Azhar terkenal dengan pelajaran yang berkaitan dengan keislaman, tapi bukan hanya itu saja, Al Azhar kini juga memiliki fakultas dan jurusan yang berkaitan dengan ilmu-ilmu umum. Dan kampus-kampus Al-Azhar telah tersebar hampir di seluruh provinsi di Mesir, mulai dari; Kairo, Alexandria, Thonto, Dimyath, hingga Luxor. Akan tetapi, khusus untuk mahasiswa asing saat ini hanya dipusatkan untuk mengikuti perkuliahan yang ada di Kampus Pusat Cairo.

Sistem kuliah di Al-Azhar tidak mengenal SKS. Al-Azhar memberikan dispensasi ketidaklulusan hanya sebanyak dua materi dari 11 -18 materi tiap tingkatnya (tergantung jurusannya). Sementara sistem perkuliahannya masih seperti muhadharah (ceramah), mahasiswa datang ke kuliah dan duduk mendengarkan dosen (duktur).

Sementara untuk pembelajaran antara putra dan putri pun dipisah. Bahkan bisa dikatakan jarak antara lokasi kampus putra dan putri cukup jauh. Hal ini membuktikan bahwa Al Azhar sangat memperhatikan batasan interaksi antara pria dan wanita.

Universitas Al-Azhar berawal dari sebuah masjid yang dibangun oleh Jauhar As-Siqili atas perintah Khalifah Mu’iz li Dinillah (Dinasti Fathimiyyah) pada 970 M. Nama pertama pada masjid ini adalah “Jami-ul Qahirah”, dinisbatkan kepada Ibukota di mana masjid itu didirikan. Kemudian berubah menjadi  “Masjid Al Azhar” yang dinisbatkan pada nama Sayyidah Fatimah Az-Zahra (Putri tercinta Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam). Sebagai lembaga keagamaan, Masjid Al Azhar berfungsi sebagai pusat kegiatan Qadhi al-Muhtasib.

Masjid Al-Azhar, Kairo, Mesir, Pembangunannya dimulai sejak tahun 972, tepatnya hari ketujuh Ramadhan. Masjid ini adalah masjid Islam yang paling terkenal sekaligus masjid kampus terbesar. Seiring berjalannya waktu Dinasti Fatimiyah, yang memanfaatkan masjid Al Azhar untuk wadah dunia pendidikan, kemudian berkembang pesat hingga menjadi universitas Al Azhar.

Al Azhar sebagai sebuah universitas, ketika Dinasti Fatimiyah, saat berada di puncak kejayaan, yang dipimpin oleh Abu Al Manshur Nizar Al Aziz pada tahun 975-996 M. Ia, adalah seorang khalifah Fatimiyah kelima. Kemudian setelah itu, Dinasti Fatimiyah runtuh pada 1171 Masehi karena serangan Khalifah Salahudin Al Ayyubi dari Dinasti Ayyubiyah, akhirnya kegiatan pengajaran di Masjid Al-Azhar sempat terhenti sementara. Kemudian pada masa Dinasti Mamluk tahun 1260M, Masjid Al Azhar  kembali sebagai tempat pengajaran. Tidak sebatas ilmu pengetahuan agama semata, tetapi juga ilmu pengetahuan umum mulai dari ilmu matematika, kedokteran, psikologi, ekonomi, sampai teknik.

Peradaban Islam memperkenalkan sekolah berawal sejam abad kelima hijriyah. Di antara sebab didirikannya sekolah adalah karena banyaknya halaqah-halaqah yang memenuhi masjid. Tentu sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa disini mendengar kata “Talaqqi”. Aktivitas ini adalah penyampaian ilmu dengan sistem face to face yang mana seorang syekh atau guru menyampaikan ilmu melalu lisan secara langsung kepada murid-muridnya dengan menggunakan metode halaqah.

Metode halaqah sendiri yaitu seorang guru duduk di tengah-tengah murid-murid nya; biasanya syeikh duduk diatas kursi,  kemudian para murid duduk berdekatan hingga mengelilinginya, lalu guru tersebut membacakan materi yang akan dibahas kemudian murid-murid tersebut mendengar penjelasan yang dipaparkan oleh guru tersebut sembari mencatat hal-hal yang penting dari ilmu yang telah disampaikan oleh guru.

Metode Halaqah ini telah diterapkan oleh nabi Muhammad saw sejak awal-awal kedatangan islam, kemudian hal tersebut diterapkan juga oleh para sahabat, tabiin, salaf al-shalih, kemudian berlanjut nan berkepanjangan hingga sampai saat ini tak terkecuali terdapat ruwaq-ruwaq Al-Azhar.

Ruwaq secara bahasa dapat diartikan sebagai bangunan beratap yang berada di masjid, gereja, atau tempat peribadahan yang lain dengan fungsi sebagai tempat belajar. Bangunan ini biasanya dibangun setelah bangunan utama berdiri. Ruwak juga dapat diartikan sebagai ruang tamu, bila disandarkan kepada kata rumah ( Ruwaq al-bait ). Disamping itu ruwaq juga digunakan untuk menamai sebuah pojok ruangan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan dan bertukar pikiran.

Ruwaq secara istilah juga jauh berbeda dengan pengertian ruwak secara bahasa. Ruwaq adalah bangunan tambahan yang berada di sekitar masjid dengan fungsi sebagai tempat tinggal santri sekaligus tempat kegiatan belajar mengajar.

Sebagaimana kita ketahui bahwa di masjid Al-Azhar memiliki banyak ruwaq-ruwaq untuk pembelajaran keilmuan dengan menggunakan sistem talaqqi dengan metode halaqah, diantaranya yang masyhur kita ketahui, yaitu ruwaq ustmaniyyah, ruwaq fathimiyyah, ruwaq magharibah, ruwaq al-atrak, dan ruwaq Abbasiyah. Ruwaq-ruwaq inilah yang banyak melahirkan ulama-ulama yang intelek dan para cendikiawan muslim.

Selain dari pada ruwaq masih terdapat banyak tempat belajar untuk para mahasiswa selain dari lada Universitas sendiri. Banyak ilmu- ilmu seperti tafsir, hadist, Fiqh, dan lain sebagainya. Dan itu diajarkan secara gratis oleh para syaikh. Kekuatan pemikiran Islam itu dahsyat sekali. bahkan ia tdk bisa terbeli oleh kesenangan dunia apapun. Namun ia ada celah lemahnya ketika halaqah atau talaqqi tidak lagi muntijah, kala amunisi bacaan tak pernah ditelaah setiap harinya. Kekayaan khazanah keilmuan Islam itu sudah ada, sehingga harus terus dipelihara. Sehingga tidak bisa tidak, memperkaya tsaqofah Islam harus terus ditingkatkan dan terjaga

Maka, bagi para pecinta ilmu, halaqah ilmu itu taman diantara taman-taman Surga. Bagi para pecinta ilmu, halaqah ilmu itu adalah muara kebaikan dengannya dia mempelajari halal dan haram. Bagi para pecinta ilmu, guru itu adalah anugerah. Dan ilmu bagi seorang penuntut Ilmu, ia adalah jalan cinta kita.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button