EkonomiMillenial

Mindset Muslim Milyuner, Carilah Harta yang Abadi

Penulis : Abdullah Efendy, S.Pd., CLMQ

Idemuslim.com, EKONOMI— Islam meletakkan sesuatu, tepat pada porsinya. Tidak miring ke kiri, maupun kekanan. Sebagai ajaran yang datang dari Sang Maha Kaya, tentu Islam begitu lengkap membahas seputar cara mengelola kekayaan. Bahkan boleh kami katakan, tidak ada satu agama atau ideologi manapun yang membahas seputar kekayaan secara objektif, memuaskan akal dan hati manusia, kecuali Islam.

Dalam terminologi kekayaan, Islam memandang bahwa kekayaan adalah wasilah melakukan berbagai amal sholeh. Pelaksanaan Zakat, Sedekah, Wakaf, Umroh, Haji, Memberi makan anak yatim dan dhuafa, semua memerlukan dana! Mengisyaratkan, setiap muslim tidak boleh bermain-main, apalagi berpangku tangan dalam urusan harta, rezeki dan nafkah! Islam membenci orang-orang yang pemalas, suka meminta-minta apalagi menjadi beban orang lain. Inilah yang kami sebut mnidset Milyuner Muslim sejati. Allah berfirman :

فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (TQS. Al-Jumu’ah : 10)

Mencari penghasilan, baik dengan bekerja, berniaga, memproduksi, nelayan, petani, dan sebagainya, adalah wasilah dalam mencari rejeki dan mencari kekayaan. Bedanya, Islam mengajarkan bahwa kekayaan yang diperoleh di dunia, ditujukan sebagai investasi Akhirat. Tidak terbatas di dunia, seperti pemahaman barat!

Baca juga :

Bagi mereka, Well Style harus didahulukan ketimbang life style. Hidup yang mapan, harus didahulukan ketimbang sekedar tampilan. Ujung tombak pemikiran financial ala barat, selalu berujung pada investasi, passive income dan bisnis yang autopilot. Menunda kesenangan masa muda, demi beroleh freedom of financial (baca: kebebasan financial) dimasa tua. Dari literatur yang penulis pahami dari mindset financial mereka, terdapat perbedaan yang cukup signifikan dengan Islam. Keyakinan akan adanya hari berbangkit (Akhirat) dan hari perhitungan amal, menjadikan muslim sangat berhati-hati terhadap masalah hartanya. Rasulullah bersabda :

Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.(HR. at-Tirmidzi & Ath-Thabrani)

Mindset Muslim Milyuner vs Milyuner Biasa

Bagi Islam, Quality lebih utama dari pada Quantity. Keberkahan akan harta, lebih utama daripada banyaknya harta. Bahkan Rasulullah melarang kita takjub pada seseorang yang hartanya banyak, namun diperoleh dari jalan yang haram.  Menunda kesenangan dunia versi Islam, maknanya menjadikan kekayaan yang diperoleh sebagai asset Akhirat. Ini yang tidak dimiliki pemahaman barat, sebab dasar akidah mereka yang tidak mempercayai Allah dan Akhirat. Untuk perbandingannya lebih kurang seperti ini :

Mindset Muslim Milyuner

Inilah mindset kekayaan yang abadi. Kekayaan yang digunakan sebagai sarana taqarrub ilallah, dalam rangka dakwah dan syiar Islam. Menggunakan kekayaan untuk jihad di jalan Allah, telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat! Salah satu kisah yang mahsyur ialah kisah Sedekah 2 sahabat terbaik Nabi, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Al-Khattab saat perang Tabuk. Informasi yang sampai pada Nabi, bahwa Raja Romawi akan menyerang Madinah, adalah asal mula perang ini. Di bulan Rajab, tahun ke-9 Hijriyah, ketika itu ditengah cuaca yang sangat panas, jumlah musuh yang sangat besar, dan kondisi para sahabat yang sedang sulit (hingga seekor unta harus dikendarai 10 orang sahabat), menjadi sebab Rasulullah memerintahkan pengumpulan dana dari para relawan, saudagar, yang ada di Madinah. Salah satunya, yakni Abu Bakar dan Umar. Umar ra. kala itu mengorbankan setengah hartanya! sedang Abu Bakar ra. mengorbankan seluruh hartanya. Namun, mesti diingat, bahwa pengorbanan seluruh harta Abu Bakar, adalah kekhususan yang dibolehkan Nabi saat Perang Tabuk tersebut. Mengingat besar dan hebatnya perang ini, sehingga Nabi dan Para Sahabat harus mempersiapkan yang terbaik, mulai dari segi peralatan perang, bekal, pertahanan, obat-obatan dan sebagainya.

Sebab dikondisi yang lain, terjadi sebuah dialog dimana Rasulullah tidak membolehkan seorang sahabat menyedekahkan seluruh hartanya, dan menyarankan untuk menyisihkannya sebagian!

Dari Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu :

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya sebagian dari taubatku adalah aku berkehendak melepaskan diri dari seluruh hartaku sebagai sedekah di jalan Allah dan Rasul-Nya. Maka beliau bersabda : “Simpanlah sebagian dari hartamu karena itu lebih baik bagimu. Aku berkata lagi : “Sesungguhnya aku menyimpan bagianku yang ada di tanah Khaibar.(HR. Bukhori) 

Adapun dalam kondisi umum, pengelolaan kekayaan seorang muslim, harus dilakukan dengan cara yang ma’ruf. Artinya, tidak boleh hingga menyiksa diri, apalah lagi sampai membiarkan anak dan istri dalam kondisi kelaparan! Naudzubillah! 

Salah satu cara pengelolaan yang bisa kita tiru, ialah dari sahabat Nabi, Salman al Farisi. Pola pengelolaan ini dikenal dengan Formula 1 : 1 : 1. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa Salman pernah membuat anyaman dengan modal 1 dirham, kemudian menjualnya dengan harga 3 dirham. Dari hasil dagangan itu, beliau membaginya menjadi 1/3 untuk nafkah, 1/3 untuk sedekah, dan 1/3 nya lagi sebagai modal kembali.  Mungkin saat ini, katakanlah income kita perbulan 6 juta rupiah. Maka 2 juta untuk nafkah, 2 juta lagi sedekah dan 2 juta lagi untuk modal kembali. Wallahu ‘alam []

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button