Millennial TalkPendidikan Islam

Moderasi Beragama Dalam Islam Yang Benar?

Penulis : Efendy Abdullah, S.Pd., CLMQ

Idemuslim.com, MILLENIAL TALK — Indonesia, merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar. Dalam negara yang majemuk, muslim senantiasa menjadi sorotan, termasuk sikap keberagaman. Moderasi beragama dalam Islam, adalah salah satu topik yang tengah menjadi sorotan tersebut. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyebut bahwa pihaknya sedang menyiapkan materi kurikulum moderasi beragama untuk disisipkan dalam Kurikulum Program Sekolah Penggerak. Ia mengatakan rancangan itu disusun bersama Kementerian Agama (Kemenag). (cnnindonesia.com, 23/9/2021). Disusul hal tersebut Kemenag juga tengah  meluncurkan empat modul moderasi beragama sebagai pedoman teknis implementasinya. Pertama, modul pendidikan karakter melalui moderasi beragama. Kedua, modul penguatan wawasan moderasi beragama. Ketiga, modul integrasi moderasi beragama pada pendidikan agama Islam. Keempat, modul pengembangan dan pengelolaan kegiatan moderasi beragama bagi siswa. (republika.co.id, 23/9/2021)

Defenisi Moderasi Beragama dalam Islam

Moderasi beragama dalam Islam, memiliki berbagai defenisi yang berbeda-beda dari berbagai pihak. Jika bersandar pada asal katanya, Kata “moderasi” memiliki korelasi dengan beberapa istilah. Dalam bahasa Inggris, kata “moderasi” berasal dari kata moderation, yang berarti sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan. Juga terdapat kata moderator, yang berarti ketua (of meeting), pelerai, penengah (of dispute).  Jika disandingkan dengan kata beragama (dalam konteks islam khususnya), maka bermuara pada konsep penengah, seimbang, proporsional, objektif, tidak kurang dan lebih dalam beragama. Kalau dalam bahasa sederhananya, Moderasi dalam Islam, adalah sikap menyesuikan diri dalam beragama sesuai dengan aturan Al-Qu’ran dan Sunnah. Tidak menambah-nambah, tidak pula mengurangi.Sebenarnya jika sampai disini pemahaman moderasi beragama, maka tentu ini justru yang benar!

Baca juga : Perbedaan Adalah Kekuatan

Landasan dalil atau hujah yang sering digunakan, terkait Moderasi beragama ini adalah surah Al-Baqarah ayat 143, yang menyiratkan tentang Islam sebagai agama “wasathiyah”, bahkan umatnya mendapat julukan ummatan wasathan, yaitu menjadi umat pilihan yang selalu bersikap menengahi atau adil.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

Terjemahan : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I dalam Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an  menyampaikan tafsir ayat ini bahwa Umat Islam dijadikan umat pertengahan, yakni umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat dan akan bersaksi di akhirat bahwa para rasul telah menyampaikan risalah kepada kaumnya, sebagaimana Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadi saksi terhadap umatnya, bahwa Beliau telah menyampaikan risalahnya.

Contoh Moderasi Beragama dalam Islam

Jika kita merujuk pada penafsiran ayat tersebut, maka Islam sejatinya telah mengajarkan ummatnya tentang moderasi, bahkan sejak dahulu. Contoh moderasi beragama dalam Islam, telah diajarkan oleh Rasulullah, dalam Piagam Madinah. Saat hijrah ke Madinah, Rasulullah bersepakat kepada masyarakat Madinah non muslim, yakni yahudi dan nasrani, dalam bentuk piagam madinah. Piagam tersebut berisi pengaturan kehidupan bersama masyarakat Madinah yang dihuni oleh beberapa macam golongan. Dalam Piagam itu dirumuskan kebebasan beragama, hubungan antarakelompok, dan kewajiban mempertahankan kesatuan hidup bersama. 

Hal serupa juga terlihat  saat futuhat di berbagai negeri-negeri lain seperti Damaskus, Syria, Mesir, Persia, Palestina dan lainnya. Daulah Islam selalu memberlakukan masyarakatnya dengan baik, menjamin ibadah agama mereka, kesejahteraan, keamanan, pendidikan mereka tanpa pernah memaksa mereka memeluk agama Islam. Cara-cara yang ditempuh untuk mengenalkan Islam, adalah melalui dakwah, baik dakwah individu, masyarakat atau melalui negara.

Hakikat Sebenarnya dalam Moderasi Pendidikan Islam

Jika kita menyelami lebih dalam tentang topik ini, sejatinya faktor utama yang harus diubah adalah sekulerisme dalam dunia pendidikan. Standar moderasi beragama saat ini, hakikatnya adalah agar berislam sesuai keinginan Barat. Sehingga antara standar moderasi beragamanya dan sekulerisme pendidikan yang mereka plotkan berjalan searah. Dan tentu ini keliru!  

Para siswa saat ini dirusak oleh pendidikan yang hedonis, pelajaran agama yang minim, kualitas sekolah yang buruk, tontonan yang merusak, gaji guru yang kecil, biaya sekolah yang mahal, dan berbagai noda hitam lainnya. Sebaliknya, aktivitas positif seperti Rohis, Kajian Keislaman, Dakwah justru telah beralih sebagai kebutuhan, dimana tantangan masa depan mereka semakin menantang!

Baca Juga : Hangatnya Dakwah Para Ulama Pada Penguasa

Jauh sebelum moderasi pendidikan ini, Islam telah mengajarkan tentang model pendidikan terbaik. Dimana para peserta didik mendapatkan pemahaman tentang tujuan hidup mereka, yakni beribadah pada Allah. Namun juga dibekali soft skill yang mereka manfaatkan untuk urusan dunia mereka. Fasilitas sekolah yang cuma-cuma, gaji guru yang tinggi, kualitas kurikulum yang menjadikan akidah/tauhid sebagai asasnya, dan sikap toleransi, pergaulan dan kepemimpinan yang diajarkan di madrasah-madrasahnya! Wallahu ‘alam []

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button