Muslimah TalkOpini

Muslimah Jangan Latah Ikut Feminis!

Oleh: Rahmah Khairani, S.Pd

Idemuslim.com, OPINI — Secara sah setiap tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day-IWD). Di hari tersebut biasanya ditandai dengan adanya sejumlah aksi turun ke jalan menyuarakan hak-hak perempuan yang diwakili oleh gerakan-gerakan perempuan maupun masyarakat yang mendukungnya. Peringatan ini tidak bisa dipisahkan dari gerakan kaum feminis, namun belakangan kaum LGBT juga ikut menyertai.

Bila dikilas balik dalam sejarahnya, IWD ini awalnya adalah aksi demo para buruh wanita yang ada di New York, Amerika Serikat, 8 Maret 1857. Diantara tuntutan mereka adalah kenaikan upah dan pemangkasan jam kerja. Memang, di dalam peradaban Barat dahulu hingga abad ke 18 kaum wanita masih dipandang sebelah mata dalam tatanan masyarakat. Bahkan di dalam kitab suci agama mayoritas yang masyarakat Barat anut, kaum wanita adalah pembawa petaka yang membawa dosa turunan. Oleh karena itu tidak heran di masa-masa kegelapan Barat, kaum wanita tidak mendapatkan kebebasan sebagaimana kaum lelaki dapatkan. Namun seiring berjalannya waktu kaum wanita mulai berupaya  menuntut hak-hak yang sama seperti hak-hak kaum lelaki. Singkatnya, lahirlah ide feminisme yakni paham yang memandang bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan harus setara.

Baca Juga : Mengais Rupiah dari Sampah di Negeri Gemah Ripah

Gerakan wanita ini kemudian didukung oleh partai sosialis Amerika pada tahun 1909. 1960 trend feminisme mendunia berikut tuntutan yang semakin beragam. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merespon dengan mentapkan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional pada tahun 1975. Penetapan ini membuat seruan yang awalnya hanya di New York, meluas ke sekitarnya bahkan masuk ke negeri-negeri kaum muslim, termasuk Indonesia. Kaum feminis Indonesia kini memperingatinya dengan aksi turun ke jalan sambil membawa poster-poster yang bertuliskan keinginan mereka sebagai perempuan. Kalimat-kalimat seperti. “My Body My Authority, Aborsi Aman Hak Perempuan, Hancurkan Patriarki, Apa Salahnya Lesbi kalau Baik Hati?” dan sebagainya biasa mereka bawa. Para feminis menganggap dengan mencapai kesetaraan dengan laki-laki maka mereka bisa keluar dari masalah-masalah tersebut. Benarkah demikian?

Planet 50:50 yang mereka harapkan nyatanya sudah terjadi di beberapa Negara. Misalnya di Rwanda jumlah perempuan dalam parlemen mencapai 56%, namun di Negara tersebut populasi orang miskin berkisar 45% dan eksploitasi serta kekerasan terhadap perempuan marak terjadi. Mozambik, Tanzia, dan Uganda yang masuk ke dalam 20 Negara teratas untuk keterwakilan perempuan nyatanya masih mengalami tingkat kemiskinan, penindasan, penyalahgunaan hak-hak perempuan  yang menyedihkan. Ataupun mantan Presiden Pakistan Benazir Bhutto yang seorang perempuan, justru terbukti korupsi sebesar 1,5 Milyar Dollar. Jumlah insiden kekerasan tertinggi di dunia diwakilkan oleh Negara-negara yang dipuji karena UU Kesetaraan Gender, Denmark (52%), Finlandia (47%), Swedia (46%)-sumber data: dr. Nazreeen Nawaz dalam buku “Mengkritik Feminisme.”- Ini membuktikan bahwa masalah yang menimpa hak-hak perempuan dunia saat ini bukan disebabkan karena perbedaan jenis mereka dengan laki-laki, namun disebabkan dari sumber yang lebih kompleks dan mengakar, yakni karena diterapkannya ideologi kapitalisme-sekuler di seluruh Negara dunia.

Baca Juga : Childfree : Ide Sampah Melawan Fitrah

Wahai saudariku para muslimah, ide-ide feminisme ini bagaikan serigala berbulu domba yang harus kita waspadai. Sekilas ia memang tampak indah namun di balik itu semua para wanita justru rusak dibuatnya. Para muslimah wajib memahami secara mendalam sebelum latah ikut-ikut tren feminis yang nyatanya keliru dalam memandang persoalan. Lihatlah bagaimana ide feminisme telah membuat para muslimah kehilangan perannya sebagai ibu karena sibuk bekerja di luar rumah demi setara dengan lelaki. Lihatlah ide feminisme telah membuat praktik eksploitasi wanita menjadi komoditas dagang yang “dipajang” di dalam etalase kaca, papan reklame, dan ajang-ajang kecantikan semakin dirasa benar demi dikatakan perempuan juga berdaya.  UU Pemberdayaan Ekonomi Perempuan yang diberlakukan di negeri ini membuat para ibu dan wanita muda harus keluar dari rumah mereka untuk menopang ekonomi Negara, dan kemudian mereka mendapat predikat sebagai wanita mandiri dan kreatif. Di sisi yang lain kebijakan ini harus dibayar mahal dengan generasi yang tidak terurus karena kedua orangtuanya sibuk bekerja, kasus-kasus pelecehan wanita di tempat kerja, dan rusaknya interaksi pria dan wanita yang bermuara pada interaksi yang sangat bebas. Sementara bila mereka memahami Islam sebagai agama dan solusi kehidupan, justru disana akan ditemukan solusi yang memuliakan mereka tanpa mereka minta disetarakan dengan kaum lelaki. Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan…” (QS. Al-Hujurat:13)

Secara fitrah laki-laki dan perempuan jelas berbeda sehingga berbeda pula peran dan tanggung jawabnya. Apakah adil apabila dua jenis yang berbeda ini diberikan tanggung jawab dan peran yang sama? Sementara mulai dari postur tubuhnya, kekuatan fisiknya, kemampuan reproduksinya sampai dominasi akal dan perasaannya berbeda. Jika disamakan tentu wanita akan kesulitan untuk mengimbangi laki-laki dan begitupun sebaliknya laki-laki akan kewalahan apabila disetarakan dengan wanita. Maha baiknya Allah perbedaan jenis manusia tidak menentukan kemuliaan mereka di sisi Allah, namun jawabannya ada di akhir QS. Al-Hujurat:13, “…Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”

Islam telah memberikan aturan-aturan penting untuk menempatkan wanita di posisi takwa ini. Di antaranya adalah kewajiban menutup aurat (QS. Al-Ahzab:59; An-Nur: 31), menjaga interaksi dengan lelaki (QS. Al-Isra’: 32), dan adanya kesetaraan dalam pahala dan dosa antara lelaki dan perempuan (QS. An-Nisa: 97). Bahkan Islam memberikan posisi kemuliaan bagi wanita yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Seperti kemuliaank seorang ibu, kemuliaan orangtua yang menafkahi anak-anak perempuannya, juga hak-hak istri yang harus dipenuhi para suami mereka. Kaum lelaki tidak pernah menuntut posisi kemuliaan ini karena memang mereka berbeda, dan lelaki ada pula posisi yang membuat mereka mulia di amal-amal yang lain, Masya Allah.

Inilah diantara syaria’at Islam yang mengatur perbedaan laki-laki dan perempuan dan  mereka akan mulia apabila tunduk pada aturan sang Pencipta. Akhirnya, Islam tidak mengenal ide kesetaraan yang lahir dari peradaban Barat yang sekuler, melainkan Islam memberikan aturan yang memuliakan manusia di manapun mereka berada. Muslimah, waspadailah diri kita dari tergelincir dalam ide yang salah karena ketidaktahuan atau sekedar latah dengan suara kebanyakan. Mari mengkaji Islam agar kita paham agama dan mengamalkannya dengan benar. Wallahu’alam bish showab

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button