Dakwah
Trending

Pahami Cara Ini, Agar Terhindar dari Segala Jenis Maksiat

Oleh : Abdullah Efendy, S.Pd., CLMQ

Idemuslim.com, MILLENIAL TALK — Sahabat Millenial, Islam sebagai agama dan Ideologi telah lengkap menjelaskan seluruh solusi hidup manusia. Dalam sumber hukum Islam, telah gamblang Allah Ta’ala paparkan, mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan. Yang harus dilakukan tersebut, diistilahkan dengan KETAATAN. Dan yang harus ditinggalkan tersebut, diistilahkan dengan KEMAKSIATAN.

Bagaimana Islam Memandang Maksiat?

Maksiat, adalah segala sesuatu yang dilarang oleh Allah. Dikutip dari wikimuslim.or.id secara bahasa Maksiat dalam bahasa arab ditulis (اَلمَعْصِيَّةُ). Sebagai lawan kata “ketaatan” (اَلطَاعَةُ). Sayyi’ah, khathi’ah, dzanbun, dan itsmun; adalah 4 kata yang berdekatan, dengan istilah maksiat. Tentu, kita tidak akan membahas besar kecilnya maksiat yang dilakukan, cukup dengan kita pahami kepada siapa kita bermaksiat, yakni kepada Allah! Kepada Rabb yang Maha Rahman dan Rahim, yang telah memberikan kita fasilitas hidup di dunia berupa oksigen, fisik sempurna, mata yang bisa melihat, hidung yang bisa bernafas, telinga yang mampu mendengar, kaki yang mampu berjalan secara cuma-cuma. Dengan maksiat, kita terjerumus baik dalam dosa kecil maupun dosa besar yang menjauhkan kita dari Allah. Yang tentu pula memiliki berbagai efek yang kita rasakan baik didunia, maupun diakhirat, antara lain :

  • Susah mendapatkan Ilmu
  • Rezeki yang Seret
  • Kegelisahan Hati akan Dosanya pada Allah
  • Hati yang Bernoktah dan Mati
  • Terhalang Dari Ketaatan
  • Ada Rasa Gelisah untuk Berbaur dengan Orang Shalih, dsb

Berjihad Untuk Meninggalkan Maksiat

Dalam sebuah hadist Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, yang diriwayatkan oleh Musnad Ahmad, Sunan al-Tirmidzi, Sunan Abi dawud, dan Shahih Ibn Hibban. Disebutkan bahwa :

أفضلُ الْمُؤْمِنينَ إسْلاماً مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسانِهِ وَيَدِه وأفْضَلُ المُؤْمِنينَ إيمَاناً أحْسَنُهُمْ خُلُقاً وأفْضَلُ المُهاجِرِينَ مَنْ هَجَرَ مَا نَهى اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ وأفضلُ الجهادِ منْ جاهَدَ نَفْسَهُ فِي ذاتِ اللَّهِ عزّ وجَل

Mukmin yang paling utama keislamannya adalah umat Islam yang selamat dari keburukan lisan dan tangannya. Mukmin paling utama keimanannya adalah yang paling baik perilakunya. Muhajirin paling utama adalah orang yang meninggalkan larangan Allah. Jihad paling utama adalah jihad melawan nafsu sendiri karena Allah.

Hadits di atas berstatus shahih. Dimana Rasulullah menyebutkan tentang keutamaan melawan nafsu setara dengan keutamaan Jihad. apa maknanya? Beberapa ulama telah menafsirkan hadist ini, salah satu yang kami sadur adalah pendapat al-Munawi rahimahullah (w. 1031 H) dalam kitab Faidh al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Shaghir beliau menyebutkan :

الجهاد من جاهد نفسه في ذات الله عز وجل – فإن مجاهدتها أفضل من جهاد الكفار والمنافقين والفجار لأن الشيء إنما يفضل ويشرف بشرف ثمرته وثمرة مجاهدة النفس الهداية {والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا} وكفى به فضلا وقد أمر الله بمجاهدة النفس فقال: وجاهدوا في الله حق جهاده

Memerangi hawa nafsu lebih utama dibanding memerangi orang-orang kafir, munafik, dan penjahat. Hal itu karena sesuatu dapat menjadi utama dan bernilai tinggi dengan melihat dampaknya. Dampak memerangi nafsu adalah diperolehnya hidayah. Allah berfirman, “Orang-orang yang bersungguh-sungguh menaati kami akan kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan menuju kami”. Dengan pernyataan ayat tersebut, sudah cukup jelas kemuliaan memerangi nafsu. Allah memerintahkan memerangi nafsu, “dan berjuanglah dalam ketaatan kepada Allah dengan sebenar-benarnya perjuangan”.  (Faidh al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Shaghir, jilid 2, hal. 173)

Baca juga :

Singkatnya, orang yang menuruti hawa nafsu, ialah mereka yang tercebur dalam maksiat. Sedangkan ia yang menolak hawa nafsu, adalah mereka yang senantiasa berada dalam ketaatan. Keutamaannya sangatlah besar, bahkan disamakan dengan berjihad di jalan Allah Ta’ala. Sebagaimana ungkapan Imam Al Ghazali rahimahullah, “Al-muhajir man hajar al-su’ wal mujahid man jahad hawah” yang bermakna seorang dikatakan melakukan hijrah ketika dia beranjak menjauh dari sebuah hal buruk, dan ia dikatakan sebagai seorang yang jihad ketika memerangi hawa nafsunya.

Agar Terhindar Dari Maksiat

Sebab besarnya potensi maksiat, mulai dari tercebur dalam dosa bahkan sampai pada mensyirik-kan Allah. Maka tentu, seorang muslim harus berupaya dengan sungguh-sungguh agar terhindar darinya. Adapun beberapa langkah tepat, yang menurut hemat kami dapat membentengi kita dari tindakan yang dibenci Allah ini, antara lain ialah :

agar terhindari dari segala maksiat

1. Harus Paham Jenisnya

Seringkali manusia tercebur dalam sebuah kemaksiatan dengan beragam cara. Ada yang dimulai dari kejahilan individunya, adalah pula yang tercebur karena sebuah amal sholeh yang ia kerjakan. Mungkin jika maksiat tersulut sebab kejahilan individu kerap kita dapati. Namun bagaimana jika itu justru berawal dari sebuah amal sholeh? Para ulama menyebutnya sebagai cacat amal. Amal yang awalnya ikhlas karena Allah, namun ternyata rusak karena takabur atau sum’ah. Seorang ustadz, ikhlas disaat mengisi kajian dengan ribuan jama’ah, tapi apakah dia akan tetap ikhlas jika jamaah yang hadir hanya 1 orang sahaja? Seorang teman, akan suka menceritakan kebaikan kita pada teman lainnya. Tapi apakah dia juga akan tutup mulut dari keburukan kita?

Disinilah urgensinya kita harus memahami, darimana saja pintu maksiat itu berasal. Maksiatnya lisan dengan mengghibah, fitnah atau berkata bohong. Maksiat mata, dengan melihat yang diharamkan Allah (seperti melihat aurat, menonton video porno, majalah dewasa). Maksiat perut, dengan memakan harta riba, memakan harta anak yatim dan sumber-sumber maksiat lainnya. Masing-masing dari kita, harus memahami dari pintu mana saja maksiat itu bisa hadir. Pemahaman kita tentang maksiat, bukan agar kita melakukannya, namun agar kita tau cara menjauhinya. Sebab, jika telah terjerembab masuk, syaitan akan mengulang-ulang agar kita terus menerus melakukannya! Namun tentu, jangan sampai ada persepsi putus asa dari Rahmat Allah! Apalagi merasa tidak mampu keluar dari maksiat! Yakinlah, itu adalah bisikan syaitan yang harus ditepis! Bagi Allah, seberapa banyak pun dosa hamba-Nya, pintu maaf Allah lebih luas lagi!

2. Hidupkan Ketakwaan

Menghidupkan ketakwaan pada Allah, adalah berupaya menjalankan seluruh perintahnya dan menjauhi seluruh larangannya. Takwa dalam aktivitas sehari-hari, disaat berjamaah atau ketika menyendiri. Hadirkan rasa takut dan harap pada Allah! Ketakwaan yang hakiki, akan menghadirkan keyakinan bahwa kita selalu dilihat oleh Allah. Keimanan semacam ini, akan menghantarkan kita pada apa yang dilakukan oleh Nabi Yusuf ‘alaihi sallam, saat menolak tawaran Zulaikha. Ketakwaan dari Nabi Yusuf, membuat beliau mengambil langkah yang tepat, yakni menolak maksiat. Disebabkan ketakwaan itupula, Nabi Yusuf diberikan taufik untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga biidznillah beliau bisa terlepas dari tipu daya syaitan. Firman Allah Ta’ala :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (TQS Al-Anfal 29)

3. Hindari Sumbernya

Salah satu dari sekian banyak maksiat yang sering terjadi pada umat manusia, adalah perzinahan. Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (TQS. Al Isro’: 32).

Imam Al Qurthubi rahimahullah berkata, “Para ulama mengatakan mengenakan firman Allah (yang artinya) ‘janganlah mendekati zina’ bahwa larangan dalam ayat ini lebih dari perkataan ‘janganlah melakukan zina’. Makna ayat tersebut adalah ‘jangan mendekati zina’. Jangan mendekati zina, adalah bermakna “Hindari sumbernya!”. Seorang manusia, tidak akan terjerumus dalam maksiat, jika ia tidak mencoba mendekatinya. Seorang lelaki tidak akan menjadi pemabuk, jika dia tidak mendekati teman yang pemabuk, pergi ke bar atau club malam, atau memesan minuman keras di toko minuman. Artinya, jika kita menjauhi sumbernya, insyaAllah kita akan tercegah olehnya.

Ibnul Qoyyim Rahimahullah, menyebut sumber maksiat dengan istilah pintu-pintu maksiat. Beliau menambahkan, bahwa pintu-pintu itu setidaknya ada 4. Yaitu: Al-Lahazhat (pandangan pertama), Al-Khatharat (pikiran yang terlintas di benak), Al-Lafazhat (ungkapan yang diucapkan), Al-Khuthuwat (langkah nyata untuk sebuah perbuatan). Jauhilah ke 4 sumber tersebut, dengan cara menimbang segala sesuatunya sebelum berbuat. Tentu dengan timbangan syariat Islam, dengan menjalankan yang benar dan meninggalkan yang salah. Allah Ta’ala berfirman :

(8)فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

(9)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا

(10)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (TQS. asy-syams :8-10)

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Semoga kita semua terhindar dari laknat Allah dan memperoleh ridho-Nya. Wallahu ‘alam []

 

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button