Panggilan Terindah Dari Dzat yang Maha Indah!

Panggilan
Petang hari, seorang bapak baru pulang dari tempat kerjanya. Di tengah jalan, dia melihat anak lelakinya Abdul, sedang bermain sepak bola di lapangan. “Abdurrahmah, pulang!” panggilnya. Ia izin ke teman-temannya untuk pulang lebih dulu. Abdul naik ke boncengan motor sekuter, duduk di balik punggung bapaknya. Hampir setiap sore, Abdul dipanggil bapaknya untuk pulang lebih dulu. Karena bapaknya ingin Abdul tepat waktu saat sholat maghrib di musholla. Keesokan harinya Abdul libur sekolah. “Abdurahman, tolong bantu bapak cuci motor!” “Siap pak!” Jawab Abdul. Selesai beres, Abdul istirahat sejenak baringan di kursi rotan. Tidak lama, terdengar dari dalam rumah, bapak memanggil. “Abdurrahman, tolong jemput ibu di pasar!” “Iya pak!” kata Abdul. Bapaknya selalu memanggil Abdul dengan nama lengkap, karena terselip do’a agar anaknya memiliki sifat rahman.
Beranjak remaja, Abdul ternyata akan masuk tingkat SMP. Bapak akan memasukkannya ke pondok pesantren. Bapak ingin ngobrol dengan Abdul. Sedikit berbeda, kali ini Bapak tidak memanggil nama. “Nak, sini sebentar!” Abdul yang mendengar panggilan Bapaknya langsung paham, bahwa akan ada hal serius yang ingin disampaikan. Bapaknya merangkulnya sembari memberi nasihat sebelum pergi mondok ke luar daerah. Abdul selalu ingat kata-kata bapaknya dan berjanji akan mematuhinya. Malam itu selalu terngiang di benak Abdul, karena bapaknya sangat jarang memanggil dengan sebutan, ‘Nak.’
Ternyata berbeda panggilan, berbeda pula makna yang tersirat di dalamnya. Bagi Abdul, panggilan ‘Nak’ adalah panggilan cinta dan kasih sayang dari Bapaknya. Sehingga nasihat dari panggilan tersebut begitu membekas dan berkesan. Itu baru panggilan dari seorang Bapak kepada anaknya. Lantas bagaimana dengan Allah Ta’ala. Adakah panggilan khusus yang menggambarkan sifat ar-rahman dan ar-rahim Allah Ta’ala. kepada hamba-hambaNya?
Bila kita perhatikan di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala. sering memanggil hamba-hambaNya dengan bermacam sebutan. Ada yang ditujukan untuk; manusia secara umum (Yaa Ayyuhannaas); ahli kitab (Yaa ayyuhal kitabi); golongan jin dan manusia (Yaa ma’syaral jinni wal insi); manusia sebagai anak cucuk Adam as. (Yaa banii Aadama); Bani Israil (Yaa banii Israaila); dan sebagiannya khusus untuk para nabi dan rasul. Namun diantara panggilan-panggilan tersebut ada panggilan yang paling indah untuk hamba-hambaNya. Sebagaimana panggilan khusus seorang bapak kepada anaknya dalam cerita di atas, Allah Ta’ala. sebagai Dzat pencipta manusia, juga memiliki panggilan khas untuk kita.
Panggilan Terindah dari Dzat Yang Maha Indah
Betapa bahagianya kita, jika Allah Ta’ala. memanggil dengan panggilan terindah dariNya. Meskipun Allah Ta’ala. mengetahui sifat buruk dan dosa-dosa yang pernah kita lakukan, namun Dia tak pernah memanggil kita dengan sebutan, “Wahai hamba-hamba-Ku yang berdosa” atau “Wahai hamba-hambaKu yang tidak tahu diri.” Allah Ta’ala tetap memanggil kita dengan sebutan hamba-hambaNya yang beriman. Ini menunjukkan sifat Ar-rahman dan Ar-rahiim yang dimiliki Allah Ta’ala. Kita harus memahami bahwa panggilan tersebut bermakna bahwa yang memanggil ingin orang yang dipanggil untuk mendekat kepadanya.
Baca Juga :
- The Power of Ramadhan, Bulan Istimewa!
- Dakwah Islam di Bumi Matahari Terbit!
- Dakwah Islam di Bumi Matahari Terbit!
Ada 89 ayat yang diawali dengan kalimat “Yaa, ayyuha al-ladziina aamanuu” (Wahai orang-orang yang beriman) dan satu ayat diawali dengan kalimat, “Yaa, Ayyuha al-mu’minuun.”(Wahai orang-orang mukmin). Totalnya ada 90 panggilan terindah dari Dzat yang Maha Indah yang tertulis di dalam Al-Qur’an.”Wahai orang-orang yang beriman” adalah panggilan Allah yang Maha lembut kepada hamba-hambaNya. Abdullah bin Mas’ud ra. mengatakan apabila suatu ayat dimulai dengan panggilan Yaa ayyuhalladzina aamanu, maka siapkan telinga karena sesungguhnya panggilan tersebut menyuruh kepada kebaikan atau melarang dari kejahatan. Panggilan Allah tersebut menunjukkan kandungan perihal perintah yang sangat urgent (penting) atau suatu larangan yang cukup berat. Selalu ada hikmah penting yang disampaikan Allah dari ayat yang diawali dengan kalimat “Wahai orang-orang yang beriman”.
Panggilan untuk MendekatiNya
Saat mentadaburi ayat-ayat panggilan untuk orang-orang beriman, kita akan dapati bahwa isinya mencakup segala aspek kehidupan manusia. Baik hubungan kepada Allah, kepada sesama manusia, maupun hubungan kepada diri sendiri. Diantaranya panggilan tersebut adalah perintah untuk bersabar dan sholat (Al-Baqarah:153); perintah memakan makanan halal (Al-Baqarah:172); perintah menegakkan hukum qishash (Al-Baqarah: 178); perintah untuk berpuasa (Al-Baqarah:183); larangan mengadu domba (Ali-Imran:100); larangan riba dan perintah bertaqwa (Ali-Imran :130); perintah berjihad (An-Nisa: 71); perintah memenuhi amanah (Al-Anfal:27); perintah shalat (Al-Hajj: 77); perintah untuk berislam secara kaffah (Al-Baqarah: 208); dan masih banyak lagi yang lainnya.

Hari ini, kita sedang berada di penghujung bulan Sya’ban. Artinya sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Ada perintah khusus yang diberikan Allah kepada orang-orang beriman di bulan Ramadhan. Allah Ta’ala juga mengawali perintah tersebut dengan panggilan terindahnya, yaitu “Yaa ayyuhalladzina”. Ayat ini sangat populer bagi umat Islam karena setiap setahun sekali selama sebulan penuh, ayat ini selalu dibawa dalam ceramah-ceramah shalat terawih. Allah ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Sebagaimana penuturan Abdullah bin Mas’ud perkara panggilan Allah kepada hambaNya yang beriman, maka, umat Islam harus mencermati perintah yang terkandung di dalam ayat tersebut, yakni ibadah puasa.
Diantara hikmah ibadah puasa yang diwajibkan Allah Ta’ala, adalah
- Puasa menyehatkan tubuh orang beriman
- Menumbuhkan empati orang beriman
- Menentukan kedudukan hamba di akhirat
- Mendapat rahmat dan balasan langsung dari Allah
- Menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah
Inilah panggilan Allah Ta’ala yang harus diresapi oleh setiap hati orang beriman, agar tumbuh di dalam jiwanya sifat muraqabatullah dan takwa. Oleh sebab itu, harus ada tekad untuk mentaati Allah dalam kondisi apapun dan dalam perintah apapun. Termasuk menghindarkan diri dari setiap laranganNya. Semoga Allah Ta’ala. merahmati kita dan memberkahi umur kita agar sampai ke bulan Ramadhan tahun ini. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin. Wallahu’alam bish Showab.