64% Penduduk Indonesia Adalah Pemuda, Sudah Saatnya Tanggap Politik!
Oleh : Abdullah Efendy, S.Pd., CLMQ

Idemuslim.com, MILLENIAL TALK — Tulisan ini mencoba untuk meng-okupasi ide-ide dan gagasan nonliteral dari para cendekiawan muslim yang mengatasnamakan pembaharu atau moderat tentang politik alternatif. Mereka berupaya untuk mengambil sandaran-sandaran pemikiran barat untuk disanding jajarkan dengan Islam. Padahal secara teologis, Islam sangat bertentangan dengan demokrasi, yang justru semiotik awalnya adalah memisahkan agama dari kehidupan. Demokrasi, kini tengah berada dipanggung kekuasaan! Pergerakannya semakin lihai, apalagi saat penguasa dan pengusaha bersatu, melanggengkan kepentingan pribadi dan mengesampingkan kebutuhan rakyat, yang kerap disebut dengan istilah Oligarki.
Dalam khutbah jum’at, khotib selalu menyampaikan tentang ketakwaan diawal pembuka. Dan ketakwaan itu yang paling dekat dengan kita hari ini adalah prinsip justice (keadilan). Keadilan sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan. Dan kepemimpinan, paling dekat dengan Siyasah (Politik). Defenisi Politik, boleh digunakan dalam Islam dengan pemaknaan yang berbeda. Siyasah dalam Islam, dimaknai sebagai riayah su’unil ummah (Mengurusi kepentingan ummat).
Kepengurusan ummat, dahulunya dimaknai sebagai tugas utama pemimpin dalam Islam. Ada yang menggunakan Istilah Khalifah, Amirul Mukminin, Imam atau Sultan. Birokrasinya menjalankan hukum Qur’an dan Sunnah, dalam bingkai pemerintahan yang kerap disebut Khilafah. Dalam kepengurusannya, seorang Khalifah atau Amir, haruslah menjalankan kewajiban untuk mengurusi umat, baik muslim ataupun non muslim, tidak memandang kasta, keturunan, suku, warna kulit apalagi tingkat ekonomi. Semua diperlakukan sama, serumpun dan adil. Allah Ta’ala berfirman :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (TQS. Ali imran : 159)
Yusuf al-Qaradhawi menyebutkan, bahwa ada 4 tujuan Pemerintahan di dalam Islam. yakni :
- Pertama, Pemerintahan Islam tidak bertujuan untuk menguasai lahir batin, tetapi untuk memelihara dan melindungi rakyat.
- Kedua, menunaikan amanat kepada pemiliknya.
- Ketiga, menegakan keadilan bagi ummat manusia.
- Keempat, mengokohkan agama di muka bumi sebagai tujuan yang paling utama dengan menanamkan akidah, hudud dan mengaplikasikan hukum dan pesan-pesannya.
Kita bisa tarik kesimpulan, bahwa Islam bukan sekedar agama spiritual. Islam adalah rules of life. Sistem yang mengatur kehidupan manusia di dunia serta mengabarkan tentang cara menggapai akhirat yang bermuara pada amaliyah dunia. Islam membahas segala sisi kehidupan dan kebutuhan manusia, termasuk urusan siyasah.
Peran Pemuda Islam
Indonesia, dalam peranannya sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, harus memiliki special attention untuk menyumbang pemikiran dan perubahan. Bukan sekedar menjadi kolumnis, tapi sebagai redaktur. Dengan jumlah penduduk sebanyak 231,06 Juta penduduk, dan persentase muslim sebesar 86,9% menegaskan peran utama Indonesia sebagai nakhoda perubahan. Apalagi dikalangan pemudanya yang menurut Badan Pusat Statistik dengan rentang usia 16-30 tahun diperkirakan mencapai lebih dari 64 juta jiwa.

Islam menegaskan bahwa peran pemuda begitu penting dalam perubahan. Kata ‘pemuda’ dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai sosok yang memiliki mental tangguh berani melawan kebatilan, seperti Ashabul Kahfi yang dikisahkan menolak ajakan Rajan Dikyanus untuk menyembah berhala. Kisah 7 pemuda yang bersembunyi di dalam gua selama 309 tahun ini disebutkan dalam Al-Qur’an dengan kata ‘fityah’ (para pemuda). Alla Ta’ala berfirman :
نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى
Artinya, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi : 13)
Mengomentari ayat ini, Imam Ibnu Kastir rahimahullah dalam tafsirnya menegaskan bahwa pemuda selalu menjadi garda depan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan. Terbukti, selain tujuh pemuda Ashabul Kahfi, para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun didominasi oleh kalangan pemuda. Sebaliknya, para penentang ajaran beliau justru didominasi kalangan tua suku Quraisy. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim, [2000], juz IX, halaman 109).
Pemuda Islam Melek Politik
Politik (siyasah) apakah benar juga diperankan oleh pemuda? Bukankah politik hanya untuk para birokrat saja? Jika kita menafsirkan politik hanya ajang memperebutkan kekuasaan dan dominasi, maka tentu pendapat itu ada benarnya. Namun, siyasah Islam tidaklah dipandang demikian. Siyasah Islam adalah kepengurusan ummat, yang pada hakikatnya diamanahkan pada manusia sebagai Khalifah fil Ard. Dijaman keemasan Islam, Khalifah yang terpilih menjalankan amanahnya sebagai pelayan ummat. Adapun warga daulah, memiliki tugas untuk senantiasa memantau kinerja Khalifah melalu instansi terkait atau majelis ummah. Dalam kaitannya mengoreksi, mengkritik dan memperbaiki kekeliruan khalifah yang juga seorang manusia, yang dalam terminologi islam disebut sebagai aktivitas Muhasabah lil Hukam!
Umat Islam, disebut sebagai khoiru ummah (ummat terbaik) sebab menjalankan fungsi tersebut. Mengingatkan akan kebaikan, dan mengoreksi keburukan yang kita istilahkan dengan bahasa umum dakwah. Dakwah ini, ada yang terjalin antara individu kepada individu, individu kepada masyarakat, dan juga bisa individu kepada penguasa. Sebagaimana dahulu Imam Nawawi pernah menulis surat kepada Umara’ Badruddin agar takut kepada Allah, disebabkan kondisi syam dan kondisi susah dan lemah. Beliau juga menuliskan surat yang sama kepada Raja Azh-Zhahir, sebagai bentuk muhasabah lil hukam! Beliau bahkan pernah menolak ketika ditawarkan memakan buah-buahan dari Damaskus, sebab saat itu penduduknya diwarnai umpatan dan perselisihan. (dikutip dari kitab Al-Minhal Al-‘Adzbur Rawi fi Tarjamatil Imam An-Nawawi)
Hal yang sama, dahulu juga pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang tatkala itu merupakan seorang pemuda, untuk mendakwahkan ketauhidan dengan dakwah bil yad pada Raja Namrud dan rakyatnya yang menyembah berhala. Allah Ta’ala berfirman :
قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ
“Mereka menjawab, ‘Kami mendengar seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini, yang bernama Ibrahim” (QS Al-Anbiya [21]: 60)
Aktivitas mengingatkan kepada penguasa ini, adalah bagian dari dakwah siyasi (politik), yang ditegaskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai jihad yang utama. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Politik Islam yang Benar Untuk Pemuda
Fakta empirik yang telah kami sebutkan diatas, seharusnya menegaskan kepada kita bahwa politik Islam berbeda dengan politik demokrasi yang penuh kecurangan dan kebathilan. Jangan sampai umat Islam terkecoh dengan politik identitas yang hilang ketika telah meraih kekuasaan. Bukan pula politik alternatif yang ujung-ujungnya membuat partai versi demokrasi, masuk ke parlemen dan berharap bisa merubah dari dalam. Harusnya sejarah gerakan Islam Hamas di Palestina, yang menang dalam pemilu tetapi kemudian diboikot. Di Aljazair ada Partai FIS yang memenangkan pemilu juga kemudian dibatalkan hasil pemilunya. Di Turki ada partai Refah pimpinan Erbakan memenangkan pemilu tapi kemudian hasil pemilu dibatalkan dan Partai Refah dibubarkan. Dan kejadian di Mesir ketika terpilih Presiden Mursi yang kemudian dikudeta oleh militer yang dipimpin As Sisi, menjadi pelajaran berharga bagi kita. Padahal mereka hadir sebagai politik alternatif yang ingin merubah dari dalam, namun terpental oleh kepentingan Kapitalis terlebih-lebih Amerika.
Politik Islam yang benar, adalah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Pada fase Makkah, beliau fokus pada dakwah jamaah untuk memperoleh nasrullah (pertolongan Allah). Aktivitas politik yang paling terlihat dari beliau, adalah bagaimana beliau mendatangi berbagai kabilah seperti Bani Hanifah, Bani Amir bin Sha’sha’ah, Bani Kalb untuk menawarkan Islam dan penyokong dakwah Rasul. Namun, ternyata pertolongan justru datang dari arah tidak terduga, yakni Yastrib (Madinah) melalui dua kabilah, yakni Aus dan Khajraz.
Adapun fase Madinah, difokuskan untuk menerapkan Islam secara totalitas, dalam bingkai pemerintahan (Khilafah Islamiyah). Tentu dibutuhkan diskusi lebih lanjut dan spesifik untuk menelaah politik Islam sebagai solusi terbaik bangsa ini. Pemuda, harusnya mengambil peran untuk membuka wacana-wacana produktif dalam rangka sebagai agent of change. Tentu diskursus yang dibentuk bukan sekedar interim melainkan berkelanjutan, hangat, damai dan tentu open mind. Semuanya dilakukan semata-mata keyakinan, pemahaman bahwa Islam adalah agama yang Rahmatan Lil Alamin. Yang kita meyakini, dengan penerapannya akan tercipta negeri yang baldatun toyyibatun warobbun ghofur, masyarakat sejahtera dan meraih ketaatan sempurna kepada Allah Rabbul ‘alamin!!
wa ma taufiqi illa billah. []