Jejak Ulama

Ummu Waraqah Binti Harits – Wanita Asy-Syahidah

Penulis: Dedek Arnisah

Idemuslim.com, JEJAK ULAMA — Islam mengangkat tinggi derajat wanita hingga melebihi batas khayal dan angannya. Islam mempersembahkan ayat-ayat Al-Qur’an padanya. Keindahan bahasa Al-Qur’an menuntun hatinya serta menguasai jiwanya. Al-Qur’an membangkitkan perasaan dan menerangi pandangan mata hatinya, mengalir di dalam darahnya, serta membaur dengan seluruh tulang rusuknya. Inilah kisah seorang sahabat wanita mulia yang menyatukan seluruh pikiran pada akhirat, sehingga tidak sibuk memikirkan segala hiasan dunia nan fana. Ia adalah Ummu Waraqah binti Harits radiyallahu ‘anha.

Kebahagiaan Kedatangan Nabi ﷺ

Kala Allah ﷻ mengutus Rasulullah ﷺ dengan membawa petunjuk, hati-hati nan suci di luar sana sudah lama menantikan agama agung ini. Mereka merindukan hidup dalam lingkup kesucian dan merasakan kenikmatan dibawah naungan Iman. Ketika Allah ﷻ menyeru Rasul dan para sahabat untuk hijrah ke Madinah, Orang-orang sangat menantikan kehadiran mereka.

Urwah bin Zubair menuturkan, ketika kaum muslimin Madinah mendengar berita Rasulullah ﷺ telah pergi meninggalkan Mekkah, setiap pagi mereka selalu keluar menuju tanah lapang untuk menantikan kedatangan beliau. Namun, mereka pun pulang setelah lama sekali menanti. Suatu ketika, begitu semuanya sudah berada dirumah, seorang Yahudi naik ke salah satu benteng milik mereka untuk melihat-lihat, ternyata Ia melihat sosok Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Mereka mengenakan pakaian putih, namun kurang jelas karena terhalang fatamorgana. Si Yahudi itupun tidak bisa menahan diri, kemudian dengan suara melengking tinggi menyerukan, “Wahai kaum Arab, nasib yang kalian nanti-nantikan telah datang.” Kaum muslim pun segera mengambil senjata, dan menyambut kedatangan Rasulullah ﷺ.

Sejak saat itulah nama Yatsrib resmi diganti menjadi Madinah. Hari yang sangat bersejarah, karena saat itu seluruh rumah dan jalan ramai dengan suara pujian dan tasbih. Para gadis kaum Anshar dengan amat senang dan gembira melantunkan bait-bait syair;

Ummu Waraqah

Saat itulah Ummu Waraqah merasa kebahagiaan memenuhi hati. Ummu Waraqah meminum langsung air Iman dari sumber yang jernih. Ia pun memanfaatkan segala kesempatan untuk mempelajari apapun dalam rangka taat pada Allah ﷻ.

Ahli Ibadah di Dalam Mihrab

Setelah keimanan menyentuh hatinya dan berbaiat kepada Rasulullah ﷺ. Ia mengisi hari-harinya dengan ayat-ayat Allah ﷻ, Ia selalu membaca Al-Qur’an setiap saat hingga Ia menjadi seorang Qari yang memiliki bacaan yang indah, tekun dalam membaca dan memahaminya.

Bahkan Ia menulis seluruh Ayat Al-Qur’an di tulang-tulang, kulit, ataupun benda lainnya hingga seluruh ayat Al-Qur’an berada di rumahnya. Karena itulah, ketika Abu Bakar hendak mengumpulkan Al-Qur’an setelah Rasulullah ﷺ wafat, Ummu Waraqah menjadi rujukan utama bagi Zaid bin Tsabit yang mendapat kepercayaan Khalifah untuk mengumpulkan Al-Qur’an.

Beginilah sosok yang selalu berpuasa, shalat malam dan beribadah kepada Allah ﷻ dan mengorbankan untuk agama Allah ﷻ.

Baca Juga :

Kedudukannya di Hati Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ memuliakan Ummu Waraqah, menghargai ketakwaan, ibadah, sifat wara’ dan perhatiannya terhadap kitab Allah yang luar biasa. Itulah kenapa beliau sering menyempatkan diri berkunjung ke tempatnya demi memuliakannya.

Ummu Waraqah mencintai jihad dan menginginkan mati syahid di jalan Allah ﷻ. Diriwayatkan dari Ummu Waraqah, saat Nabi ﷺ hendak perang Badar, Ia berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk ikut berperang bersamamu, aku akan merawat (prajurit-prajuritmu) yang sakit, semoga Allah memberiku mati syahid. ‘Beliau bersabda, “Tetaplah tinggal di rumahmu, karena Allah akan memberimu mati syahid.” Sejak saat itu Ia dipanggil syahidah (wanita yang mati syahid).

Orang-orang  mengetahui kabar gembira yang Rasulullah ﷺ sampaikan kepada Ummu Waraqah ini. Sampai-sampai setiap kali Rasulullah ﷺ ingin berkunjung ke kediamannya, beliau mengajak sejumlah sahabat dan berkata kepada mereka, “Mari kita berkunjung ke kediaman wanita syahid itu”

Teguh Memegang Janji

Kala Rasulullah ﷺ meninggal dunia, Ummu Waraqah dirundung kesedihan mendalam hingga nyaris mengoyak hatinya. Namun Ia tetap rajin beribadah, hidup zuhud, shalat malam, dan puasa seperti biasa.

Ia tetap ingat kabar gembira yang Rasulullah ﷺ sampaikan bahwa Allah ﷻ suatu hari nanti akan menganugerahkan mati syahid kepadanya. Rasulullah ﷺ meninggal dunia dalam keadaan ridha kepadanya, sehingga tidak ada lagi tersisa selain mati syahid untuk melengkapi kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Detik-Detik Perpisahan

Tibalah saat yang tepat di mana Allah ﷻ menakdirkan untuk menganugerahkan mati syahid kepada Ummu Waraqah. Ia sudah lama menantikan saat-saat ini dengan sepenuh kerinduan.

Ummu Waraqah tinggal bersama budak laki-laki dan perempuannya. Kedua budak tersebut terpedaya oleh harta benda dan kekayaan Ummu Waraqah, hingga pengkhianatan dan kekejian setan bangkit dalam jiwa keduanya.

Suatu malam, mereka merencanakan pembunuhan terhadapnya. Akhirnya, asy-syahidah ini meninggal dunia secara zalim, diperlakukan semena-mena, dan dikhianati, tepat seperti yang pernah diberitakan Rasulullah ﷺ kepadanya.

Kedua budak ini melarikan diri. Namun tangan keadilan berhasil menangkap keduanya lalu dikembalikan ke Madinah untuk mendapatkan balasan atas tindak kejahatan yang dilakukan. Keduanya dibunuh dan disalib agar menjadi pelajaran bagi yang lain.

Seperti itulah wanita ahli ibadah dan zuhud ini pergi meninggalkan dunia manusia dan meraih mati syahid seperti yang pernah diberitakan Rasulullah ﷺ. Semoga Allah meridhoi Ummu Waraqah yang memberikan pengabdian besar bagi agama. Juga memiliki peran dalam mengumpulkan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, hingga setiap muslim yang membaca satu pun huruf kitab Allah, pahalanya ada didalam timbangan amal baik Ummu Waraqah, Insyaa Allah.[]

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button